Bisnis.com, JAKARTA — Realisasi konsumsi semen pada semester I/2020 masih defisit. Namun demikian, performa ekspor semen dan clinker yang bagus selama enam bulan pertama 2020 mengurangi defisit tersebut.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat volume ekspor semen dan clinker pada semester I/2020 melonjak 29 persen secara tahunan lebih besar 800.000 ton. Adapun, performa ekspor tersebut mengurangi mengobati realisasi produksi industri semen akibat rendahnya konsumsi di dalam negeri.
"Pada semester I/2020 ada peningkatan ekspor semen dan klinker yang luar biasa atau sebesar 3,73 juta ton atau naik sekitar 800.000 ton. Alhasil, [produksi] semen dan clinker semester I/2020 hanya defisit 1,2 juta ton saja atau minus 3,3 persen terhadap [realisasi] 2019," ujar Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Selasa (21/7/2020).
Adapun, konsumsi semen nasional pada semester I/2020 tercatat lebih rendah 6,5 persen secara tahunan atau lebih rendah sekitar 2 juta ton. Alhasil, produksi semen selama paruh pertama 2020 mencapai 31,21 juta ton dengan rincian alokasi domestik sejumlah 27,48 juta ton dan ekspor mencapai 3,73 juta ton.
Secara rinci, tujuan utama ekspor pabrikan semen selama semester I/2020 adalah China. Volume ekspor semen dan clinker ke Negeri Panda mencapai 1,48 juta ton atau mendominasi hampir 40 persen dari total ekspor semen nasional.
Sementara itu, tujuan ekspor semen dan klinker lainnya adalah Bangladesh (1,12 juta ton), Australia (369.048 ton), Filipina (208.341 ton), Timor Leste (152.000 ton), dan Srilangka (33.251 ton).
Baca Juga
Widodo mendata pabrikan semen lokal akan melanjutkan strategi untuk mendorong penjualan ekspor pada semester II/2020. Adapun pabrikan tersebut adalah PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., PT Solusi Bangun Indonesia Tbk., PT Cemindo Gemilang, dan PT Conch Cement Indonesia.
Widodo menjelaskan perubahan strategi tersebut disebabkan oleh pengalihan anggaran konstruksi pemerintah senilai Rp45 triliun untuk penanganan Covid-19. Walau demikian, lanjutnya, sebagian proyek infrastruktur esensial seperti bendungan dan waduk masih berjalan.
"[Pengalihan anggaran tersebut semoga] bisa ditutup dengan [performa] ekspor yang cukup bagus [pada semester II/2020]. Semoga [pandemi] Covid-19 cepat berlalu sehingga konsumsi semen tidak jatuh terlalu dalam," ucapnya.
Sebelumnya, Widodo berujar bahwa konsumsi semen harus lebih baik selama Juni-Desember 2020 agar pertumbuhan produksi semen nasional tidak negatif. Pasalnya, jika realisasi konsumsi selama 7 bulan terakhir 2020 lebih rendah daripada realisasi pada periode yang sama tahun lalu, produksi semen pada akhir tahun ini akan merosot sekitar 4 persen dari realisasi akhir 2019 atau menjadi 73,2 juta ton.
ASI mendata produksi semen pada akhir 2019 mencapai 76,2 juta ton atau tumbuh 1,3 persen secara tahunan. Adapun, angka tersebut telah lebih rendah dari target awal 2019 atau tumbuh sebesar 5 persen dari realisasi akhir 2018.
Pada awal 2020, target volume produksi semen ditargetkan dapat tumbuh sekitar 3-4 persen dari realisasi 2019. Namun demikian, Widodo merevisi target tersebut menjadi maksimal 0 persen dengan realisasi produksi selama semester I/2020.