Bisnis.com, JAKARTA – Pengelola bandara disarankan melakukan langkah luar biasa selama pandemi Covid-19 guna mengurangi kerugian, dengan cara mengintegrasikan satu bandara untuk beberapa wilayah yang berdekatan.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mencontohkan untuk Bandara Jenderal A. Yani Semarang, Yogyakarta International Airport, Bandara Adi Sucipto, dan Bandara Adi Sumarmo tidak semestinya dioperasionalkan semua hingga situasi kembali normal.
Agus berpendapat dari sejumlah bandara yang beroperasional di wilayah berdekatan, operator bisa menentukan saja salah satu yang paling murah biaya operasinya, alat navigasinya lengkap, ekonomis dan tersedia pelayanan transportasi.
“Tidak perlu yang berkapasitas besar karena volume penumpang juga sangat minim atau sekitar 15 persen per pesawat,” jelasnya, Senin (20/7/2020).
Selain itu, kata Agus, bandara yang belum mempunyai akses seperti Bandara Kertajati segera ditutup sementara. Di sisi lain, bagi bandara yang masih dalam pembangunan atau perluasan seperti Bandara Kediri maupun Bandara Sultan Hasanuddin Makassar juga bisa dihentikan terlebih dahulu.
“Yang mempunyai lebih dari satu terminal dan landasan [seperti Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Soekarno-Hatta] gunakan satu saja. Penghematan perlu dilakukan untuk bisa bertahan melayani konsumen dengan aman,” imbuhnya.
Baca Juga
Agus menyampaikan pandemi Covid-19 juga menghancurkan bisnis bandara akibat maskapai dan jumlah penumpang minim. Hal ini sebagai dampak turunnya daya beli serta hilangnya anggaran perjalanan Kementerian/Lembaga karena direlokasi ke penanganan pandemi Covid-19, ditambah tidak jelasnya kebijakan sektor pariwisata yang membuat publik enggan bepergian.
Dampak pandemi Covid-19 di industri penerbangan semakin jelas dengan hilangnya pendapatan bandara dan maskapai penerbangan hampir 90 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Tak hanya itu, efeknya juga berpengaruh pada pendapatan sektor penerbangan lainnya, seperti AirNav Indonesia, Pertamina, dan bisnis ritel lain di semua terminal bandara.
Mengingat, kata Agus, sebagian besar maskapai penerbangan sudah tidak beroperasi. Namun, hingga saat ini belum ada terobosan kebijakan yang out of the box atau extra ordinary di sektor penerbangan sesuai keinginan Presiden Joko Widodo.