Bisnis.com, JAKARTA - Uni Eropa tetap mendorong terjadinya kesepakatan atas usulan paket stimulus senilai US$860 miliar euro atau 750 miliar euro pada akhir pekan ini, meski pertemuan pada Jumat (17/7/2020) diwarnai adu argumen.
Sebanyak 27 pemimpin Uni Eropa (UE) hadir di Brusel. Para pemimpin tersebut duduk bersama untuk pertama kalinya sejak lockdown pada Maret lalu.
Tamu undangan yang hadir menghabiskan waktu mereka dengan memaparkan rencana awal mereka. Mendadakan mood di ruangan tersebut berubah menjadi 'masam' setelah Charles Michel yang memimpin pertemuan mengajukan mekanisme yang mengizinkan negara anggota UE untuk menahan pencairan dana.
Michel berusaha memenangkan argumen Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, yang bersikeras tidak akan mengizinkan pemberian batuan kepada anggota yang paling terpukul oleh virus tanpa jaminan apapun.
Dikutip dari Bloomberg, usulan kompromi gagal meyakinkan Rutte dan berhasil memicu argumen dengan banyak pemimpin lainnya. Sebagian besar pemimpin mencari tanggapan tegas dari UE setelah lebih dari 100.000 orang di daratan Eropa meninggal akibat Covid-19 dan ekonomi Benua Biru tersebut terpukul dengan hebat karena pemberlakuan lockdown.
"Suasana malam ini lebih rewel daripada sore ini," kata Rutte kepada wartawan sesudahnya.
Baca Juga
"Gagasan bahwa reformasi diperlukan dibagikan secara lebih luas, kelompok menjadi sedikit lebih kecil ketika Anda berbicara pengaturan reformasi yang ketat."
Pasar sudah gelisah sejak Kanselir Jerman Angela Merkel meramalkan negosiasi antara negara-negara UE akan sangat sulit ketika dia tiba di Brusel pada Jumat pagi (17/7/2020).
Indeks acuan Stoxx Europe 600 berayun antara untung dan rugi sepanjang hari, sebelum akhirnya ditutup naik 0,2 persen karena pasar menunggu hasil pembicaraan sementara soal obligasi Jerman.
"Tidak perlu terburu-buru," ungkap Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki kepada wartawan lewat tengah malam setelah pembicaraan berakhir.
Dia melihat kemungkinan besar UE tidak akan menemukan kesepakatan pada akhir pekan ini. "Kami saling memberi tahu bahwa mungkin kami akan bertemu lagi di bulan Juli."
Pertemuan malam itu sekaligus perayaan ulang tahun ke-66 tahun untuk Angela Merkel. Para petinggi membawa kado untuk Merkel. Presiden Prancis Macron memberikan botol anggur putih Bourgogne kesukaan Merkel.
Meskipun ada suasana perayaan, suasana hati dari para pemimpin negara-negara di UE tersebut tetap penuh tekanan. Adu argumen dan ketidaksetujuan mewarnai pertemuan malam itu.
Dalam undang-undang UE, keputusan dapat diambil jika semua pemimpin sepakat secara bulat.
Rutte menyerukan agar dana tersebut dipangkas menjadi lebih kecil dan berpendapat bahwa pencairan apa pun harus memerlukan dukungan dari semua negara anggota, yang berarti pemerintahnya akan memiliki hak veto atas keputusan apa pun.
Menurut sumber Bloomberg, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa setiap pengurangan 500 miliar euro dari paket tersebut akan menyebabkan pengurangan pada rabat anggaran yang diminta Rutte untuk Belanda.
Posisi Rutte didukung oleh Austria, Denmark dan Swedia sejak rencana paket tersebut diajukan.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan kepada Rutte bahwa usulannya untuk mengendalikan uang itu tidak akan sesuai dengan perjanjian UE dan tidak praktis secara politik.
Rutte mengindikasikan bahwa Komisi UE tidak dapat dipercaya untuk memastikan penerima dana serta mengikuti aturan sehingga para pemimpin harus memiliki kekuatan pengawasan.
Untuk mendukung pendapatnya, Rutte mengingat sebuah saran dari mantan ketua komisi Jean-Claude Juncker bahwa Prancis terlalu besar untuk diikat oleh peraturan anggaran Uni Eropa dan mengatakan ini akan menyebabkan masalah dengan rakyat Belanda.
Koalisi Rutte hanya memiliki 75 deputi dari 150 kursi di parlemen sehingga dia akan membutuhkan dukungan oposisi untuk meratifikasi segala kesepakatan yang dia lakukan dengan blok itu.