Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah punya tantangan untuk menjawab dalam peningkatan membangun agrikultur dan ketahanan pangan.
Ketua Istitut Harkat Nagari Dosen PKN STAN Sudirman Said mengatakan saat ini Indonesia dihadapkan dengan tantangan pasokan pertanian yang menurun.
Hal itu semakin menantang, mengingat negara pengekspor pangan seperti India, Thailand dan Vietnam sudah mengaku tidak akan mengekspor pangan ke Indonesia di tengah Covid-19.
"Pasokan tenaga pertanian menurun, sementara pertanian mekanik belum menjadi tren," katanya, Rabu (16/7/2020).
Di sisi lain, Ketua Yayasan Rujak Center for Urban Studies Marco Kusumawijaya mengatakan tantangan agrikultur juga mengacu pada peralihan lahan yang harus lebih hati-hati, karena mempertimbangkan lokasi dan potensi lokal.
"Potensi yang sama tidak bisa begitu saja diterapkan di lokasi berbeda," katanya.
Sementara itu, Rektor Istitut Pertanian Bogor Arif Satria mengatakan Indonesia dihadapkan tantangan untuk memenuhi kebutuhan tanaman pangan. Indonesia dihadapkan pada neraca perdagangan yang defisit untuk sektor tanaman pangan.
"Neraca ini menggambarkan tidak seimbang. kenapa? karena kita mengkonsumsi gandum salah satunya," ujarnya.
Hanya saja, Arif mengaku potensi pengembangan agrikultur dan menjaga ketahanan pangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengembangan produsen pangan skala kecil dalam tren digitalisasi.
Menurutnya, milenial punya keinginan untuk mempunyai bisnis mandiri hingga 70 persen. Dari situ, tren bisnis agrikultur bisa terus meningkat dengan hadirnya petani milenial dengan pendekatan teknologi.
"Inilah yang bisa mendorong regenerasi petani," tambahnya.