Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha melihat bahwa kebutuhan energi biomassa di Jepang sebagai implementasi dari energi terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik dapat memberi dampak positif pada kinerja sawit nasional.
Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Indonesia Handito Joewono menjelaskan bahwa terdapat tiga keuntungan dengan kebutuhan cangkang kelapa sawit (palm kernel shells/PKS) dari Negara Sakura tersebut.
“Pertama, dapat uang. Kedua, membuat daya saing kelapa sawit kita meningkat sehingga ada nilai tambah lagi buat petani kelapa sawit, salah satunya tambahan penghasilan dari cangkang kelapa sawit,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (14/7/2020).
Kemudian, ketiga, yang paling penting, ekspor ini akan meningkatkan rasa penerimaan pabrik dunia terhadap kelapa sawit Indonesia.
Menurutnya, selama ini kelapa sawit dipandang sebelah mata, salah satunya sebagai bagian dari pencemaran lingkungan. “Padahal, ternyata [sawit] bisa memberi manfaat sebagai energi terbarukan, karena semua bagian bisa dimanfaatkan dan bisa diperbaharui.”
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kanya Lakshmi Sidarta mengatakan bahwa Jepang adalah peluang besar untuk target energi terbaharukan atau target pasar sawit khususnya cangkang.
“Salah satu tantangan sawit itu masalahnya kalau ekspor itu pembeli di luar itu sekarang, sudah mulai banyak mempersyaratkan mengenai standar keberlanjutan. Jepang yang paling bersahabat untuk menerima produk sawit baik kategori limbah atau utama sehingga menjadi peluang bisnis yang baik ke depan,” ujarnya.
Menurutnya, Jepang merupakan salah satu negara dengan pertimbangan panjang dan matang, tetapi ketika negara tersebut sudah mengambil keputusan, yaitu dengan mengimpor PKS dari Indonesia, bisa membuka pasar bagi negara lain untuk menjadikan Indonesia sebagai sumber pasar dari cangkang sawit.