Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda di Titik Nadir, Dana Talangan Mesti Cepat Mengalir

GIAA melaporkan posisi pinjaman ke lembaga perbankan dan keuangan lebih besar dari posisi arus kas perseroan per 1 Juli 2020.
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) memerlukan kucuran dana talangan secara jangka pendek sehingga kecepatan mekanisme pengucuran dana menjadi penting setelah menjadi salah satu penerima dukungan dalam program pemulihan ekonomi nasional senilai Rp8,5 triliun.

Pemerhati sektor penerbangan yang juga anggota ombudsman Alvin Lie mengatakan bahwa teknis dana talangan dalam bentuk mandatory convertible bond (MCB) tidak perlu dipermasalahkan, asalkan pemerintah bisa mengalirkannya secara cepat. Terlebih bentuk dana talangan juga bukan merupakan suntikan dana segar langsung ke tubuh maskapai.

Alvin menggambarkan kondisi Garuda saat ini sudah sampai titik darah penghabisan dan napas terakhir.

"Kalau tidak cepat ada tindakan luar biasa, tidak akan mampu bertahan 1—2 bulan ke depan," jelasnya, Selasa (14/7/2020).

GIAA melaporkan posisi pinjaman ke lembaga perbankan dan keuangan lebih besar dari posisi arus kas perseroan per 1 Juli 2020.

Posisi cash flow atau arus kas perseroan hanya sekitar US$14,5 juta per 1 Juli 2020.

Dengan posisi arus kas itu, Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra melaporkan pinjaman ke bank dan lembaga keuangan senilai US$1,3 miliar per 1 Juli 2020.

Irfan membeberkan saldo utang usaha dan pinjaman emiten berkode saham GIAA itu mencapai US$2,22 miliar per 1 Juli 2020. Nilai itu terdiri atas US$905 juta dari operasional, pinjaman jangka pendek US$608 juta, dan pinjaman jangka panjang US$645 juta.

Untuk pinjaman jangka panjang, lanjut dia, terdapat pinjaman berbentuk sukuk senilai US$500 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper