Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Garuda Jelaskan Dana Talangan Rp1 Triliun Ludes, Buat Bayar Apa Saja?

Dana talangan merupakan bentuk bantuan yang diberikan pemerintah bagi Garuda Indonesia melalui skema obligasi wajib konversi (OWK).
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) Setiaputra. Kementerian BUMN meminta agar manajemen Garuda Indonesia secepatnya membenahi pola penyewaan atau leasing pesawatnya sehingga tidak menjadi beban bagi perseroan./ Istimewa
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) Setiaputra. Kementerian BUMN meminta agar manajemen Garuda Indonesia secepatnya membenahi pola penyewaan atau leasing pesawatnya sehingga tidak menjadi beban bagi perseroan./ Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan dana talangan untuk perseroannya yang cair pada awal tahun senilai Rp1 triliun sudah habis untuk membayar avtur hingga biaya kebandaraan.

Penggunaan dana talangan dikhususkan bagi kebutuhan operasional perusahaan yang tengah berjalan.

“[Dana talangan Rp1 triliun sudah habis] hanya untuk membayar Pertamina, Angkasa Pura I, dan Angkasa Pura II. [Dana itu] tidak untuk bayar utang. Ini murni untuk current kan kita operasi setiap bulan, itu harus dibayar,” ujar, dikutip dari tempo.co, Minggu (6/6/2021).

Dana talangan merupakan bentuk bantuan yang diberikan pemerintah bagi Garuda melalui skema obligasi wajib konversi (OWK). Perjanjian OWK ditandatangani oleh Garuda dan PT Sarana Multi Infrastruktur selaku pelaksana investasi dari Kementerian Keuangan.

Berdasarkan ketentuan perjanjian tersebut, perusahaan dilarang memakai dana talangan untuk membayar utang. “Tidak ada untuk bayar utang,” jelas Irfan. Irfan menampik kabar yang beredar bahwa uang talangan juga dipakai untuk membayar kekurangan gaji pilot maupun awak kabin yang dipotong sejak 2020.

Keuangan Garuda Indonesia pada kuartal II/2021 semakin babak belur. Seperti paparan Kementerian BUMN di DPR Kamis lalu, Garuda menanggung rugi sampai US$100 juta setiap bulan.

Sebabnya, perseroan harus mengeluarkan biaya US$150 juta, padahal pendapatannya hanya US$ 50 juta. Utang Garuda, termasuk kepada lessor untuk sewa pesawat pun membengkak hingga Rp70 triliun.

Optimisme manajemen pada akhir tahun yang yakin bahwa keuangan Garuda akan mengalami perbaikan sepanjang 2021 menyusut. Target perusahaan mengejar pendapatan sebesar 50 persen dari total 2019 sulit terpenuhi karena berbagai kondisi tak terduga.

Pada Januari hingga Maret, Garuda mengalami penurunan jumlah penumpang karena adanya aturan swab Antigen, pengetatan PSBB, larangan mudik, hingga munculnya strain baru virus Corona di Eropa dan India. Ditambah lagi, awal tahun merupakan masa sepi pergerakan atau low season untuk bisnis pariwisata dan turunannya.

“Pandemi ini memang hit-nya gila-gilaan. [Penumpang] kami pernah drop sampai 90 persen. On average tahun lalu [penumpang] kami cuma 60 persen. Kenapa 60 persen, karena Januari, Februari (berjalan normal), namun Maret pandemi,” ujar Irfan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper