Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Hunian di Singapura Terjungkal

Urban Redevelopment Authority menyebutkan bahwa harga properti di Singapura melorot 1,1 persen dibandingkan dengan pada kuartal sebelumnya.
Deretan properti mewah di Singapura/Reuters
Deretan properti mewah di Singapura/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga rumah di Singapura kembali anjlok, terbanyak dalam 3 tahun terakhir pada kuartal II/2020 setelah diberlakukannya aturan lockdown untuk membendung penyebaran virus corona yang mengerem pasar properti.

Urban Redevelopment Authority menyebutkan bahwa harga properti di Singapura melorot 1,1 persen dibandingkan dengan pada kuartal sebelumnya, sedangkan pada kuartal pertama harga rumah Singapura turun 1 persen.

Harga hunian di Negeri Singa ini diperkirakan bisa turun antara 3 persen dan 6 persen sepanjang tahun ini, seiring dengan resesi tajam yang harus dihadapi akibat pandemi.

Singapura baru membuka kembali aktivitas perekonomiannya pada 19 Juni lalu setelah memperpanjang masa lockdown yang memaksa pemerintah menutup sekolah, pusat belanja, dan mayoritas perkantoran untuk menahan penyebaran Covid-19.

Singapura juga bukan satu-satunya negara yang mengalami penurunan tajam di pasar propertinya. Harga rumah di Australia juga mengalami penurunan selama 2 bulan berturut-turut sampai Juni. Penurunan terbesar terjadi di Melbourne, yang menjadi pusat kasus Covid-19 gelombang baru.

Lockdown di Singapura membuat unit-unit yang dipasarkan tak bisa dikunjungi langsung sehingga penjualan anjlok ke titik terendah selama 6 tahun pada April lalu. Namun, penjualan kembali memantul (rebound) pada Mei karena pembeli mulai nyaman menggunakan sistem penjalan daring.

Head of Research and Consultancy APAC Realty Ltd. di unit ERA Nicholas Mak mengatakan bahwa meskipun harga properti tidak akan benar-benar ambruk tahun ini, indeks harga secara keseluruhan bisa turun secara bertahap sampai akhir 2020.

"Pasar properti akan berusaha tetap seimbang. Akan ada kekuatan pasar yang akan menekan harga, seperti pelemahan ekonomi dan pasar tenaga kerja yang melemah. Juga akan ada kekuatan positif, seperti suku bunga rendah, likuiditas cukup, beberapa permintaan terpendam dan orang asing yang mencari aset yang lebih aman,” ungkap Mak seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (1/7/2020).

Christine Sun, Head of Research and Consultancy di OrangeTee & Tie Pte. memperkirakan harga rumah pribadi kemungkinan akan turun sekitar 3 persen hingga 5 persen tahun ini.

“Harga rumah bakal tetap lemah sampai beberapa bulan ke depan melihat kondisi makroekonomi yang diliputi ketidakpastian,” kata Sun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper