Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan produk gaya hidup sehat lokal, seperti makanan, menjadi produk yang sangat diminati oleh China. Bahkan, pada awal masa pandemi ekspor produk ini laris manis.
Hal itu diungkapkan oleh Dubes RI untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun dalam wawancara langsung via Instagram oleh Bisnis.com, Selasa (16/6/2020).
Berdasarkan catatannya, ekspor produk makanan Indonesia ke China meningkat 200 persen selama kuartal I/2020. Artinya, pada awal pandemi melanda China, konsumsi makanan sehat justru meningkat meski pertumbuhan ekonomi China minus 6,7 persen pada kuartal I/2020.
Dengan demikian, pasar yang berkaitan dengan gaya hidup sehat menjadi sangat potensial digarap oleh UMKM dari Indonesia.
"Selama kita WFH, saya memperhatikan [konsumsi] healthy life, healthy food, itu akan sangat menonjol. Kita punya potensi terkait gaya hidup sehat. Jadi produk yang terkait eco friendly akan berkembang," ujarnya.
Dia mencontohkan, produk temulawak, sari jahe, dan sarang burung walet termasuk menjadi primadona. Bahkan, dia menyebutkan pelaku usaha dari Indonesia yang mengolah produk obat herbal dari sarang burung walet menjadi produk premium yang dijual senilai Rp4 juta untuk enam botol.
Baca Juga
"Di sini konsumen terbesarnya wanita. 70 persen dari hasil penelitian mengandung klagen sarang burung walet. Selain minuman, mereka juga buat untuk kosmetik," katanya.
Djauhari mengungkapkan industri digital di China tengah melaju pesat. Hal ini juga berdampak pada penjualan yang banyak dilakukan secara online.
Untuk itu, cara promosi yang saat ini sedang tren justru banyak dilakukan melalui media sosial dengan memanfaatkan influencer.
Salah satu capaian sukses yakni menjual kerupuk udang juga berhasil terjual hingga 19 kontainer hanya dalam masa penawaran 12 menit melalui platform digital.
Berdasarkan pengalamannya mengunjungi Single Day Alibaba, produk kecantikan, makanan, dan produk kreatif seperti handicraft menjadi produk yang paling dicari.
Buah-buahan tropis seperti salak, manggis, durian dan buah naga juga cukup potensial bagi pasar ekspor.
Dia mengakui ekspor durian Indonesia masih kalah dengan Thailand yang nilai ekspor duriannya bisa sama dengan ekspor produk kayu dan olahan kayu RI ke China.
Kendati demikian, pasar ekspor makanan ke China masih sangat terbuka luas seiring dengan pemulihan ekonomi yang sudah dilakukan China sejak pelonggaran lockdown pada April 2020.