Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku usaha rumput laut Indonesia siap menerapkan tatanan kenormalan baru (new normal) dalam semua aspek usaha..
Safari Azis, Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) mengatakan semua anggota ARLI yang terdiri dari pembudidaya, pengolah, pedagang, eksportir, peneliti dan penggiat rumput laut diimbau untuk menerapkan tatanan kenormalan baru dalam semua aspek kegiatan.
Menurutnya, kegiatan ekonomi harus untuk menekan dampaknya yang lebih besar terhadap ketenagakerjaan, industri, hingga kemiskinan
"Sejak awal adanya peraturan dari pemerintah dan himbauan dari WHO tentang pencegahan dan penyebaran Covid-19, pengurus ARLI langsung menyampaikan kepada seluruh anggota untuk menjalankan protokol kesehatan tersebut," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (9/6/2020).
Pada sektor hulu, katanya, kegiatan pembudidayaan yang mayoritas dilakukan para ibu rumah tangga diwajibkan untuk memakai masker dan rutin mencuci tangan hingga memakai sarung tangan.
Hal yang sama juga dilakukan pada tahapan lainnya seperti penanaman, pemeliharaan, panen, penjemuran serta penyimpanan hasil panen. Adapun, pada bagian hilir, pekerja diwajibkan mengikuti aturan yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian.
Baca Juga
Menurutnya, sebelum adanya pandemi Covid-19, gudang dan pabrik pengolahan rumput laut anggota ARLI sudah menerapkan prosedur operasi standar yang disyaratkan pada Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) dan Sertifikat Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Safari menegaskan, keberlangsungan pembudidayaan rumput laut sangat penting agar masyarakat dapat bekerja untuk membantu penghasilan keluarga yang berada didaerah pesisir dan pulau-pulau.
Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), ARLI menyebutkan ekspor rumput laut berikut hasil olahannya pada kuartal I/2020 turun 30 persen menjadi 31.5 juta kg dibandingkan periode yang sama 2019 sebanyak 45,43 kg. Tahun ini, KKP menargetkan produksi rumput laut Indonesia mencapai 10,99 juta ton naik dari posisi 9,92 juta ton pada 2019.