Bisnis.com, JAKARTA — Permintaan gas alam cair atau liquefied natural gas diproyeksikan melambat hingga pertengahan 2021.
Berdasarkan riset yang dirilis Wood Mackenzie, industri LNG global akan mengalami kontraksi pada permintaan musiman.
Dalam riset tersebut dijelaskan bawa permintaan pada musim panas 2020 diperkirakan turun 2,7 persen atau 3 juta ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pandemi Covid-19 berdampak terhadap kondisi negara-negara pengimpor LNG Asia sehingga mengakibatkan perlambatan pertumbuhan permintaan produk tersebut yang terjadi dalam 2 tahun terakhir.
Direktur Penelitian Wood Mackenzie Robert Sims mengatakan bahwa Covid-19 akan mendorong kontraksi global dalam pengiriman LNG hingga musim panas 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Secara umum, pertumbuhan yang kuat diproyeksikan tidak terjadi hingga pertengahan 2021," katanya dalam riset dikutip, Rabu (3/6/2020).
Baca Juga
Jepang sebagai importir LNG terbesar di dunia terlihat menurunkan permintaan LNG pada kuartal I/2020 dan impor turun turun hingga April 2020 karena wabah virus corona.
Perlambatan permintaan LNG kuartal I/2020 makin diperparah dengan tingkat penyimpanan yang masih tinggi. Pasalnya, seperti yang terjadi pada 2019, Jepang memasuki 2020 dengan tingkat persediaan yang di atas rata-rata karena musim dingin yang ringan.
Sims mengatakan permintaan LNG Jepang pada kuartal II/2020 diperkirakan turun 3 persen menjadi 15,8 juta ton dibandingkan dengan kuartal II/2019.
Sementara itu, China yang memasuki fase pemulihan ekonomi, belum terlihat tanda-tanda yang jelas untuk menetapkan target yang spesifik untuk mengalihkan sumber energinya batu bara ke gas pada 2020.
Permintaan gas jangka pendek berisiko turun karena pemulihan permintaan karena menghadapi ketidakpastian makroekonomi dan lebih banyak pembangkit listri tenaga baru bara.
Di sisi lain, Wood Mackenzie menilai lockdown yang terjadi selama 3 bulan di India telah mengurangi konsumsi LNG negara tersebut.
Permintaan LNG di India diperkirakan menurun 24 persen menjadi 4 juta ton pada kuartal II/2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal yang sama juga terjadi di seluruh negara-negara di Benua Biru, tapi pengurangan produksi gas di dalam negeri dan impor dari Rusia telah menciptakan ruang untuk LNG agar bisa lebih diserap.
"Mungkin perubahan yang paling mengejutkan pada keseimbangan kami adalah dampak harga pasar yang rendah terhadap pasokan LNG," ungkapnya.