Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Curhat ke Pemerintah, Pelaku Industri: Pemulihan Permintaan Domestik Jadi Kunci

Setidaknya 30 asosiasi industri mengadakan rapat dengan Kementerian Perindustrian dalam rapat virtual, Senin (1/6/2020).
Pekerja pabrik pulang seusai bekerja di salah satu pabrik makanan di Jakarta, Sabtu (11/4/2020). Bisnis/Abdurachman
Pekerja pabrik pulang seusai bekerja di salah satu pabrik makanan di Jakarta, Sabtu (11/4/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri mengharapkan adanya pemulihan permintaan domestik guna mendukung perbaikan kinerja manufaktur nasional.

Pesan itulah yang disampaikan setidaknya 30 asosiasi industri kepada Menteri Perindustrian dalam rapat virtual, Senin (1/6/2020).

Salah satu asosiasi industri yang ikut dalam rapat tersebut adalah Inaplas. Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan salah satu kesimpulan yang didapatkan rapat tersebut adalah strategi penamabahn alokasi ekspor tidak dapat berlangsung lama.

Pasalnya, pemain manufaktur global akan bertambah seiring melonggarnya protokol penguncian di seluruh dunia.

"Ekspor ini pesaingnya banyak. Keduam pasti akan ada penghasil ekspor yang lain. [Selain itu,] China dan Amerika Serikat perang dagangnya masih lanjut," ucapnya kepada Bisnis, Senin (1/6/2020).

Dalam rapat tersebut juga disimpulkan segmen konsumen yang harus dipulihkan adalah konsumen kelas bawah dan menengah bawah. Oleh karena itu, lanjutnya, jaring pengaman sosial harus diterapkan secara capet dan tepat guna.

Secara konsolidasi, utilitas pabrikan sektor manufaktur pada Mei anjlok 20-35 persen akibat Covid-19. Oleh karena tiu. lujar Fajar, langkah selanjutnya setelah pemulihan daya beli adalah perlindungan pasar domestik dari serangan impor.

Menurutnya, perlindungan pasar domestik dapat meningkatkan utilitas pabrikan sektor manufaktur naik 10 persen setelah daya beli pulih. Dengan kata lain, utilitas pabrikan sektor manufaktur masih akan lebih rendah sekitar 10-25 persen dari awal 2020.

Adapun, Fajar menyatakan jalur perlindungan pasar domestik yang dipilih adalah melenturkan instrumen non-technical barrier atau penambahan bea masuk.

Sementara itu, sambungnya, autran tingkat komponen dalam negeri (TKDN) akan menjadi lokomotif percepatan peningkatan utilitas sektor manufaktur dalam jangka menengah.

Selain pemulihan permintaan dalam negeri, Fajar berujar rapat tersebut juga sepakat bahwa protokol kesehatan menjadi syarat mutlak proses produksi. Dengan demikian, lanjutnya, industri padat karya dalam waktu dekat tidak dapat memiliki utilitas di level 100 persen seperti kondisi normal.

"Butuh waktu jangka menengah dan panjang untuk mengatur ulang layout produksi. Jangka pendeknya, mengatur impor barang jadi jangan sampai ke dalam negeri terlalu banyak," ujarnya.

Di sisi lain, rapat tersebut juga menyimpulkan bahwa implementasi penurunan tarif energi juga harus diimplementasikan. Pasalnya, menurutnya, penurunan tarif tersebut akan sangat membantu beberapa sektor manufaktur yang memiliki utilitas di bawah 50 persen.

Dalam catatan Bisnis, industri padat karya merupakan industri yang memiliki utilitas di bawah 50 persen. Adapun, beberapa sektor tersebut adalah tekstil dan produk tekstil (20 persen) dan  alas kaki (33 persen,).

Di samping itu, Fajar menyatakan pabrikan juga mengusulkan adanya bantuan restrukturisasi kredit modal kerja kepada sektor perbankan. Secara khusus, Fajar mengatakan bantuan restukturisasi tersebut sangat diperlukan oleh pabrikan menengah bawah.

"Industri besar masih kuat untuk modal kerja karena didorong prinsipal global. Pembiayaan [diperlukan] pabrikan menengah bawah karena yang kena dampak [Covid-19] 70 oersen [dari total industri menengah bawah]," katanya.

Fajar menyebutkan strategi bisnis industri manufkatur saat ini berubah total dengan datangnya pandemi Covid-19. Menurutnya, salah satu yang menjadi perhatian adalah hubungan konsumen dengan industri dan antar industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper