Bisnis.com, JAKARTA - Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia menyatakan bahwa bisnis properti syariah mengalami penurunan yang cukup dalam hingga 50 persen akibat pandemi Covid-19.
Wasekjen DPP Persatuan Perusaahaan Realestat Indonesia (REI) Bidang Properti Syariah Royzani Sjachril mengatakan bahwa bisnis properti syariah tak terlepas dari dampak virus corona (Covid-19).
"Properti syariah melambat 50 persen lebih, ada perbedan 40 persen dari tahun kemarin," katanya pada Bisnis.com, Selasa (19/5/2020).
Selain karena corona, kata dia, permintaan properti juga melambat lantaran siklus rutinan di bulan Ramadan. Setiap tahunnya, permintaan properti di periode Ramadan memang kerap melambat karena masyarakat dinilai lebih mengutamakan persiapan hari raya Idulfitri.
Namun, Royzani mengatakan bahwa penurunan kali ini lebih parah dibandingkan periode yang sama tahun lalu karena ditambah adanya dampak corona, terlebih adanya pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah.
"Sebelum ada corona setiap tahunnya pasti ada penurunan pembelian di bulan Ramadan, tetapi setelah ada corona menambah lebih besar lagi penurunannya," katanya.
Baca Juga
Meski demikian, gejolak di bisnis di properti syariah tak terlalu hebat lantaran risiko kredit macet atau non-performing loan (NPL) yang dialami nasabah masih dapat ditekan mengingat pembayaran kredit wajib dibayarkan dalam Islam.
Sementara itu, portal jual beli properti Lamudi.co.id mencatat bahwa tren pencarian rumah di bulan Ramadan meningkat drastis hingga 100 persen terutama saat memasuki jam sahur atau pada pukul pukul 03.00 WIB hingga 05.00 WIB.
Berdasarkan data Lamudi, rata-rata pencarian rumah saat waktu sahur mencapai 12.000-an atau melonjak tajam jika dibandingkan biasanya yang mencapai 5.000-an. Tren pencarian rumah juga meningkat pada pukul 12.00 WIB hingga 14.00 WIB dan setelah buka puasa pada pukul 19.00 WIB hingga 20.00 WIB.
Adapun, rata-rata harga yang paling banyak dicari oleh para calon pembeli rumah rata-rata seharga Rp300 juta hingga Rp1 miliar yang berlokasi di Jabodetabek.
Meskipun terjadi tren peningkatan, Lamudi tak dapat mencatat data ke dalam bentuk transaksi. Hal ini lantaran Lamudi merupakan portal properti atau marketplace, sehingga transaksi jual beli terjadi di luar platform tersebut.