Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, Jumat (15/4/2020), melaporkan neraca perdagangan April 2020 mengalami defisit US$350 juta.
Kondisi defisit tipis tersebut dipicu oleh posisi impor yang lebih besar dari ekspor pada April.
Untuk nilai ekspor April 2020, Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan angkanya mencapai US$12,19 miliar atau turun persen dari bulan sebelumnya sebesar US$14,07 atau turun 13,33 persen.
Hal ini disebabkan oleh penurunan ekspor migas dan nonmigas masing-masing 6,55 persen dan 13,66 persen.
"April ini tidak ada ekspor minyak mentah," ujar Suhariyanto.
Secara tahunan, ekspor bulan April ini lebih rendah dibandingkan April 2019 dan 2018 yang mencapai US$13,11 miliar dan US$14.50 miliar.
Baca Juga
Pada April lalu, penurunan ekspor terbesar terjadi di jenis komoditas pertambangan sebesar 22,11 persen dan industri pengolahan 12,26 persen.
Sementara itu, nilai impor pada April 2020 mencapai US$12,54 miliar dollar AS. Posisi ini meningkat turun 6,10 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
"Penurunan yang curam migas 46,83 persen. secara year on year impornya turun lebih dalam lagi, impor migas 61,78 persen," ungkap Suhariyanto.
Impor pada bulan April lebih kecil dibandingkan dengan posisi April 2019 dan 2018. Secara komoditas, penurunan impor terbesar pada April disumbang oleh impor bahan baku yang turun 9 persen dibandingkan bulan lalu.