Bisnis.com, JAKARTA – Nilai impor minyak dan gas bumi Indonesia pada April 2020 tercatat menyusut jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor migas pada April 2020 tercatat senilai US$850 juta, jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu, nilai tersebut menyusut 61,78 persen dari US$2,24 miliar.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan realiasi pada Maret 2020, nilai impor migas Indonesia pada April 2020 tercatat menyusut 46,83 persen dari realisasi sebelumnya yakni US$1,61 miliar.
Adapun, secara total nilai impor pada April 2020 mencapai US$12,54 miliar atau lebih rendah 6,10 persen dibandingkan dengan realisasi pada bulan sebelumnya US$13,35 miliar dan lebih rendah 18,58 persen dibandingkan dengan April 2019 US$15,40 miliar.
Sebelumnya, kondisi lemahnya impor migas seiring sejalan dengan lemahnya permintaan pasokan bahan bakar minyak di dalam negeri.
Dengan faktor tersebut membuat sejumlah kilang-kilang milik PT Pertamina (Persero) disetop operasionalnya.
Baca Juga
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa pihaknya akan menurunkan kapasitas pengolahan kilang. Hal tersebut melihat kondisi turunnya permintaan sebesar 15 persen.
“Kami akan maintenance produksinya, kilang dengan turunnya demand, kami rencanakan adanya shutdown,” katanya.
Pertamina juga memiliki berencana mengimpor 10 juta barel minyak mentah. Nicke mengatakan bahwa pihaknya memanfaatkan crude impor untuk menurunkan cost of goods sold (COGS) perseroan.
Selain itu, dia mengungkapkan pada saat ini, kondisi harga minyak mentah di domestik cenderung lebih tinggi, sehingga perseroan tidak bisa memaksa untuk menyerap seluruhnya dari domestik.
“Kami mengambil kesempatan minyak turun optimalkan storage yang ada. Kami beli 10 juta barel, demikian juga untuk gasoline 9,3 juta barel dan LPG 5 kali 44.000 metrik ton,” katanya belum lama ini.