Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Insentif Jadi Penyelemat Investasi Hulu Migas

Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi kemudahan investasi dan pemberian insentif bisa menjadi solusi untuk menjaga investasi di sektor hulu migas.
Penampakan proyek pengembangan Lapangan gas Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd. Istimewa - Dok. SKK Migas
Penampakan proyek pengembangan Lapangan gas Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd. Istimewa - Dok. SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA – Beratnya tekanan di sektor hulu minyak dan gas bumi pada tahun ini membuat target investasi berpotensi tidak tercapai.

Untuk itu, pemberian insentif dinilai dapat menjaga iklim investasi di sektor hulu migas bisa tetap terjaga.

Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi kemudahan investasi dan pemberian insentif bisa menjadi solusi untuk menjaga investasi di sektor hulu migas.

"Untuk menjaga momentum di tengah pandemi investasi perlu pemberian insentif," katanya kepada Bisnis, Senin (11/5/2020).

Fahmy memprediksi untuk target investasi pada tahun ini tidak akan tercapai dengan merujuk pada kondisi yang terjadi saat ini.

Adapun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan investasi senilai US$13,8 miliar dengan realiasi per Maret 2020 telah mencapai US$2,87 miliar.

Adapun, struktur investasi tersebut sebesar 73 persen merupakan investasi untuk produksi, 8 persen untuk administrasi, 4 persen untuk eksplorasi dan 15 persen untuk pengembangan.

"Investasi hulu tidak akan tercapai tahun ini karena faktor pandemi dan merosotnya harga minyak," ungkapnya.

Kendati demikian, untuk target lifting minyak 1 juta barel per hari (bph) tetap bisa terwujud pada 2030.

Fahmy berpendapat, porsi investasi untuk kegiatan produksi harus lebih ditingkatkan lagi ke depannya agar target tersebut bisa terwujud.

Selain itu, pemerintah harus menggunakan lagi skema cost recovery agar nantinya investor lebih tertarik untuk melakukan kegiatan eksplorasi.

"Investor akan berusaha keras untuk dapatkan cadangan minyak agar biaya dikeluarkan diganti pemerintah," jelasnya.

Sebelumnya, SKK Migas mengusulkan sembilan kebijakan untuk menghadapi dampak virus corona (Covid-19) dan anjloknya harga minyak di sektor hulu migas nasional.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan usulan kebijakan untuk menghadapi situasi penuh tekanan ini telah dan terus dibicarakan dengan pemangku kepentingan lainnya.

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII dengan SKK Migas, Dwi memaparkan sembilan usulan insentif bagi aktivitas bisnis di hulu migas.

"Kami Cari cara agar [investasi] tidak mundur rasanya pemerintah lebih feksibel hitung keekonomian, insentif juga tidak kaku kami harrap dengan kseulitan seperti ini ada jalan keluar," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper