Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aduh! Daya Tahan Industri Furnitur Sampai Bulan Ini, lantas?

Mayoritas negara tujuan ekspor telah menerapkan kebijakan penguncian sehingga berpengaruh terhadap ekspor furnitur.
Perajin menyelesaikan pembuatan kursi berbahan rotan di sentra industri rotan Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (8/1/19)./ANTARA-Maulana Surya
Perajin menyelesaikan pembuatan kursi berbahan rotan di sentra industri rotan Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (8/1/19)./ANTARA-Maulana Surya

Bisnis.com, JAKARTA — Industri furnitur menghitung rerata ketahanan perusahaan akan mentok pada pertengahan bulan ini akibat 90 persen sumber order yakni negara-negara utama tujuan ekspor mebel dan kerajinan masih bermasalah akibat dampak Covid-19.

Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (Himki) Abdul Sobur mengatakan bahwa bila dihitung secara rerata tersendatnya kegiatan ekspor mulai 7 Maret lalu sebagai minggu pertama, pertengahan Mei ini adalah batas maksimal daya tahan untuk perusahaan yang sehat dan kuat arus kasnya meskipun setiap negara tujuan memiliki berbeda waktunya dalam menghentikan ordernya.

"Pada umumnya 8 minggu itu batas kemampuan cash flow bagi perusahaan yang sehat untuk bertahan dengan order yang masih ada. Sementara bagi perusahaan yang asalnya sudah sakit atau cash flow terbatas, seperti UMK tentu akan kurang dari 8 minggu bahkan mereka ada yang hanya bisa bertahan di bawah 4 minggu," katanya kepada Bisnis, Minggu (3/5/2020).

Sobur mengemukakan bahwa dengan kondisi tersebut opsi merumahkan pegawainya tentu mau tidak mau harus dilakukan.

Pihaknya pun memprediksi 70 persen atau angka keseluruhan yang akan terkena dampak di industri furnitur dan kerajinan bisa mencapai 280.000 tenaga kerja baik secara langsung dan tidak langsung.

Sobur mengklaim bahwa jumlah di atas sangat besar karena jenis pekerjaan ada yang dibawa di rumah dengan pola subkontraktor atau kemitraan.

Untuk itu, Himki berharap agar pandemi covid-19 segera berlalu khususnya di negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Eropa yang menjadi tulang punggung industri agar mereka kembali bisa melakukan order dan menyusun langkah program perbaikan untuk tahun depan.

Menurut Sobur, saat ini order mayoritas negara tujuan ekspor atau sekitar 85 persen telah menerapkan kebijakan penguncian dalam waktu yang tidak sebentar, bahkan zona Timur Tengah dan Asia, serta Australia termasuk dari negara yang melakukan lockdown lama dan juga merupakan negara yang paling parah terkena Covid -19.

"Setelah Amerika Serikat dan zona Eropa rerata pembeli kami menunda pengiriman karena logistrik dan transportasi tidak ada yang beroperasi mereka menunda order baru dan, bahkan ada yang membatalkan ordernya," ujar Sobur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper