Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daya Tahan Penyewa Pusat Perbelanjaan Cuma Sampai Juni

Para pelaku usaha penyewa pusat perbelanjaan mengaku mulai kesulitan untuk mengoperasikan bisnisnya di tengah mewabahnya virus corona.
Pengunjung berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Minggu (15/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Minggu (15/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Mewabahnya virus corona, yang berdampak kepada penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan social distancing membuat para pelaku usaha penyewa pusat perbelanjaan merana.

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan arus kas dan daya tahan para penyewa pusat perbelanjaan diperkirakan hanya sampai Juni 2020.

“Bagaimana bisa bertahan lama, banyak dari kita yang tidak ada pemasukan sejak April ini. Banyak mal dan pusat perbelanjaan yang tutup. Kas yang ada paling bisa untuk membayar operasional sampai Juni saja,” katanya, kepada Bisnis, Selasa (28/4/2020).

Dalam hal ini, biaya operasional yang dimaksudnya adalah upah untuk tenaga kerja, pembayaran pesanan kepada para supplier produk yang dijual para pengusaha dan sewa pusat perbelanjaan.

Dia mengatakan, khusus untuk pembayaran pemesanan produk dari supplier menjadi beban tersendiri oleh para pengusaha. Pasalnya, produk-produk tersebut telah terlanjur dipesan sejak Januari 2020, untuk mengantisipasi stok menyambut bulan Ramadan dan Lebaran.

“Saat ini stok di kami dan di supplier masih menumpuk, sebab penjualan April terhenti, terutama untuk sektor fesyen, aksesoris, peralatan rumah tangga dan kawan-kawan. Bagaimana mau jualan, hampir semua mal tutup sementara,” katanya.

Budihardjo menambahkan beban lain juga muncul sebagian dari ongkos sewa mal dan pusat perbelanjaan yang masih harus dibayar oleh para penyewa.

“Memang ada keringanan pembayaran dari beberapa pengelola mal dan pusat perbelanjaan, tetapi itu cenderung kesepakatan secara business to business,” katanya.

Dia pun khawatir jika wabah corona tidak bisa tuntas dan mereda pada Juni 2020. Sebab kondisi itu akan makin menenggelamkan para pengusaha.

Saat ini, menurutnya, para pengusaha cenderung mengandalkan strategi penjualan secara daring atau online.  Namun, penjualan secara daring tersebut belum mampu menutup seluruh biaya operasional perusahaan.

“Dari penjualan online, paling maksimal menopang 30 persen dari penjualan secara offline pada saat Ramadan dan Lebaran. Selepas Ramadan dan Lebaran, penjualan bisa saja turun lagi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper