Bisnis.com, JAKARTA – Mewabahnya virus corona, yang berdampak kepada penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan social distancing membuat para pelaku usaha penyewa pusat perbelanjaan merana.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan arus kas dan daya tahan para penyewa pusat perbelanjaan diperkirakan hanya sampai Juni 2020.
“Bagaimana bisa bertahan lama, banyak dari kita yang tidak ada pemasukan sejak April ini. Banyak mal dan pusat perbelanjaan yang tutup. Kas yang ada paling bisa untuk membayar operasional sampai Juni saja,” katanya, kepada Bisnis, Selasa (28/4/2020).
Dalam hal ini, biaya operasional yang dimaksudnya adalah upah untuk tenaga kerja, pembayaran pesanan kepada para supplier produk yang dijual para pengusaha dan sewa pusat perbelanjaan.
Dia mengatakan, khusus untuk pembayaran pemesanan produk dari supplier menjadi beban tersendiri oleh para pengusaha. Pasalnya, produk-produk tersebut telah terlanjur dipesan sejak Januari 2020, untuk mengantisipasi stok menyambut bulan Ramadan dan Lebaran.
“Saat ini stok di kami dan di supplier masih menumpuk, sebab penjualan April terhenti, terutama untuk sektor fesyen, aksesoris, peralatan rumah tangga dan kawan-kawan. Bagaimana mau jualan, hampir semua mal tutup sementara,” katanya.
Baca Juga
Budihardjo menambahkan beban lain juga muncul sebagian dari ongkos sewa mal dan pusat perbelanjaan yang masih harus dibayar oleh para penyewa.
“Memang ada keringanan pembayaran dari beberapa pengelola mal dan pusat perbelanjaan, tetapi itu cenderung kesepakatan secara business to business,” katanya.
Dia pun khawatir jika wabah corona tidak bisa tuntas dan mereda pada Juni 2020. Sebab kondisi itu akan makin menenggelamkan para pengusaha.
Saat ini, menurutnya, para pengusaha cenderung mengandalkan strategi penjualan secara daring atau online. Namun, penjualan secara daring tersebut belum mampu menutup seluruh biaya operasional perusahaan.
“Dari penjualan online, paling maksimal menopang 30 persen dari penjualan secara offline pada saat Ramadan dan Lebaran. Selepas Ramadan dan Lebaran, penjualan bisa saja turun lagi,” katanya.