Bisnis.com, JAKARTA - Hingga saat ini, pemerintah belum dapat memastikan terkait dengan penambahan jumlah stimulus untuk penanganan Covid-19 dan dampaknya bagi sosial dan ekonomi.
Sejauh ini, pemerintah telah menganggarkan Rp405,1 triliun untuk menangani pandemi dan dampaknya dalam paket stimulus ketiga.
Dari total tersebut, sebanyak Rp75 triliun dialokasikan ke bidang kesehatan. Sebesar Rp110 triliun dialokasikan untuk jaring pengaman sosial a.l. kartu sembako, Kartu Prakerja, dan subsidi listrik.
Selanjutnya, insentif perpajakan dan kredit usaha rakyat sebesar Rp70,1 triliun dan dana pemulihan ekonomi nasional Rp150 triliun.
Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menegaskan sekarang pihaknya masih akan fokus pada pemanfaatan stimulus yang ada saat ini'
"Ini yang akan dioptimalkan pemerintah," tegas Askolani kepada Bisnis, Selasa (23/4/2020).
Baca Juga
Sejauh ini, nilai stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah sebesar 2,5 persen terhadap total PDB. Adapun, rincian paket stimulus tersebut a.l. paket I senilai Rp8,5 triliun, paket II Rp22,5 triliun dan paket III sebesar Rp405,1 triliun.
Untuk paket I, pemerintah telah menganulir karena tidak sesuai dengan perkembangan pandemi di Tanah Air.
Menurut Askolani, perbedaan stimulus yang dialirkan oleh masing-masing negara di dunia bergantung pada karakter fiskalnya serta penyebaran pandemi.
China menyalurkan 1,2 persen dari PDB, sementara itu AS menyalurkan hingga 10,5 persen dari PDB. Hal ini harus dimaklumi karena besaran nilai PDB di masing-masing negara dan kasusnya berbeda-beda.
Terkait dengan kecukupan anggaran stimulus tersebut, Sri Mulyani menegaskan besar anggaran stimulus itu sudah dilakukan penghitungan oleh pemerintah terkait kebutuhan dan kemampuan anggaran negara.
"Kita monitoring kebutuhan ekonomi ini dan bagaimana cara kita mendorongnya. Jadi kita hati-hati," ucapnya saat konferensi virtual selepas Rapat Terbatas di Istana Negara, Rabu (22/4/2020).