Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyebut harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia masih lebih murah jika dibandingkan dengan harga di sejumlah negara Asean.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa harga bahan bakar minyak Indonesia hanya kalah lebih murah dengan Malaysia, sedangkan dengan negara Asean lainnya, Indonesia diklaim masih lebih murah.
“Kita bandingkan harga kita dengan negara lain di regional, sebenarnya negara kita hanya kalah dengan Malaysia, kenapa? Karena rupiah terdepresiasi dan kalau kita bandingkan dengan standar dolar AS, untuk gasoline price ini US$0,49 atau Rp7.650,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (21/4/2020).
Sementara itu, berdasarkan data Global Petrol Prices, harga gasoline atau oktan 95 Indonesia berada pada urutan ketiga termurah se-Asean.
Adapun, harga oktan 95 termurah per 13 April 2020 masih dimiliki oleh Malaysia dengan harga US$0,29 per liter atau Rp4485 per liter dengan asumsi kurs Rp15.467 diikuti oleh Vietnam dengan harga US$0,52 per liter atau Rp8.042 per liter dan menyusul Indonesia dengan US$0,58 per liter atau Rp8.970 per liter.
Sementara itu, negara Asean yang memiliki harga oktan tertinggi adalah Laos dengan harga US$1,09 per liter atau Rp16.859 per liter.
Kondisi harga tersebut juga terjadi untuk jenis bahan bakar diesel dengan Malaysia dengan harga termurah yakni US$0,34 per liter atau Rp5.258 per liter dan diikuti oleh Vietnam dengan US$0,47 per liter, baru setelah itu ada Indonesia dengan harga US$0,63 per liter atau Rp9.744 per liter.
Laos masih menjadi negara dengan harga bahan bakar termahal di Kawasan Asean termasuk untuk jenis diesel dengan harga US$0,89 per liter atau Rp13.765 per liter.
Pertamina menampik ambil untung berlebih atas harga BBM yang belum mengalami penyesuaian meski harga minyak dunia sudah di bawah asumsi ICP APBN 2020.
Dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR dan Pertamina, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dihujani pertanyaan seputar penyesuaian harga BBM. Salah satunya datang dari Anggota Komisi VII Fraksi PKB Nasyirul Falah Amru yang mempertanyakan hitung-hitungan Pertamina terkait harga BBM.
Nicke pun penjawab dengan tegas. Menurutnya, dalam kondisi triple shoot atau tertekan atas harga minyak dunia, pelemahan kurs rupiah dan virus corona, pihaknya tidak diuntungkan dengan penurunan harga BBM.
"Bagi kami kondisinya tidak positif, karena mau apapun kalau demand ga ada, ya profit tidak ada," jelasnya.