Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan duduk perkara sulitnya menurunkan harga BBM di tengah kondisi harga minyak dunia yang tertekan dan melemahnya kurs mata uang Garuda terhadap dolar Amerika Serikat.
Nicke mengatakan harga BBM dibentuk menggunakan formula harga yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM. Dari sisi Pertamina, lanjutnya, penyesuaian harga akan sangat mudah jika pihaknya berperan sebagai trading company.
“Memang mudah sekali ketika harga BBM yang kita beli murah, maka kita langsung bisa kita jual,” katanya dalam RDP dengan Komisi VII DPR, Selasa (21/4/2020).
Di sisi lain, karena bisnis Pertamina intergrasi hulu – hilir, maka sebagai BUMN pihaknya tidak dapat seenaknya menghentikan produksi kilang dan produksi migas.
Pertamina mengklaim, produksi kilang jauh di atas harga crude yang berlaku saat ini. “Kalau dalam kondisi ini, maka sebetulnya secara HPP, Pertamina impor crude harganya 25 persen, karena kami prioritaskan crude dalam negeri,” katanya.
Selain itu, Nicke pun menyebut harga crude dalam negeri relatif lebih mahal dibandingkan dengan impor. Untuk itu, Pertamina sedang berdiskusi dengan Kementerian ESDM agar pihaknya tetap dapat menyerap crude lokal, tetapi diberikan relaksasi harga.
Baca Juga
“Tapi kalau 100 persen enggak kami ambil, kebutuhan 40 persen ini, 50 persennya ambil aja dari impor. Ini kan KKKS semuanya akan terhenti, Akhirnya ekosistem [bisnis migas] efeknya akan kemana-mana,” tambahnya.
Tidak sampai di situ, Nicke pun menyebut harga produksi BBM melalui kilang Pertamina masih kalah murah dibandingkan dengan impor produk. Dia mencontohkan, harga impor BBM senilai US$22,5 per barel sementara harga beli crude Pertamina pada pertengahan Maret lalu senilai US$24 per barel.
“Jadi dalam kondisi ini kan lebih baik kami tutup semua kilang. Tapi faktanya kan kami tidak bisa seperti itu. Jadi antara keputusan bisnis dan keputusan Pertamina sebagai BUMN motor penggerak ekonomi nasional sekarang jadi berbeda. Tapi kami harus cari jalan tengah,” ungkapnya.
Selain itu, Pertamina juga memiliki karyawan mencapai 62.000 orang. Dengan adanya penghentian produksi kilang ataupun migas, akan memengaruhi nasib karyawan. Kendati demikian, Pertamina akan ikut arahan pemerintah terkait penyesuaian harga BBM.