Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Harga BBM, Pertamina Tampik Nikmati Keuntungan Berlebih

Pertamina memperkirakan kehilangan potensi keuntungan hingga 51 persen atau sekitar US$1,12 miliar dari rencana kerja dan anggaran (RKAP) 2020.
Petugas melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU yang ada di Jakarta, Senin (31/9). Bisnis/Nurul Hidayat
Petugas melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU yang ada di Jakarta, Senin (31/9). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Pertamina menampik ambil untung berlebih atas harga bahan bakar minyak (BBM) yang belum mengalami penyesuaian meski harga minyak dunia sudah di bawah asumsi ICP APBN 2020.

Dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR dan Pertamina, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dihujani pertanyaan seputar penyesuaian harga BBM. Salah satunya datang dari Anggota Komisi VII Fraksi PKB Nasyirul Falah Amru yang mempertanyakan hitung-hitungan Pertamina terkait harga BBM.

Nicke pun penjawab dengan tegas. Menurutnya, dalam kondisi triple shoot atau tertekan atas harga minyak dunia, pelemahan kurs rupiah dan virus corona, pihaknya tidak diuntungkan dengan penurunan harga BBM.

"Bagi kami kondisinya tidak positif, karena mau apapun kalau demand ga ada, ya profit tidak ada," katanya, Selasa (21/4/2020).

Nicke menjelaskan, meski ICP turun tetapi di saat yang sama dolar Amerika Serikat menguat. Dia mengamini ada anggapan bahwa penurunan ICP turun memangkas HPP produksi BBM.

"Memang murah,tapi ga ada yang mau beli gmana mau untung?" katanya.

Sementara itu, Pertamina memperkirakan kehilangan potensi keuntungan hingga 51 persen atau sekitar US$1,12 miliar dari rencana kerja dan anggaran (RKAP) 2020.

Berdasarkan RKAP Pertamina, target laba tahun ini dipatok US$2,2 miliar dan pendapatan mencapai US$58,33 miliar.

Nicke mengatakan selain pendapatan tergerus, profi Pertamina bakal tergerus lebih dalam lagi. Pasalnya, ada kerugian selisih kurs yang harus dimasukkan.

“Kami Capex dan Opex menggunakan dolar Amerika Serikat, sementara penerimaan [banyak] menggunakan rupiah,” katanya.

Potensi hilangnya laba Pertamina, mengacu dua skenario yang ditetapkan Pertamina dengan mempertimbangkan ICP dan kurs dolar Amerika Serikat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper