Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akibat Virus Corona, Bisakah Industri Farmasi dan Alkes Mandiri?

Pemerintah melakukan kerja sama antarnegara untuk memfasilitas pengembangan industri farmasi dalam negeri.
Seorang pekerja laboratorium menunjukkan vial (tabung penampung cairan untuk kepentingan farmasi) yang digunakan dalam kit uji diagnostik virus corona di fasilitas produksi TIB Molbiol Syntheselabor GmbH di Berlin, Jerman, pada 6 Maret 2020./Bloomberg
Seorang pekerja laboratorium menunjukkan vial (tabung penampung cairan untuk kepentingan farmasi) yang digunakan dalam kit uji diagnostik virus corona di fasilitas produksi TIB Molbiol Syntheselabor GmbH di Berlin, Jerman, pada 6 Maret 2020./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Tanpa harus sepenuhnya mengutuk pandemi virus corona, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menganggap wabah tersebut menjadi momentum perbaikan industri farmasi dan alkes di masa mendatang.

Agus mengatakan sejumlah persoalan memang tengah dihadapai industri obat dan alat kesehatan (alkes). Salah satunya dari ketersediaan bahan baku. Untuk itu, yang pemerintah lakukan adalah dengan melakukan strategi pemerintah dengan pemerintah.

"G2G sudah dilakukan melalui Menteri Luar Negeri dan Menteri Perdagangan karena bukan hanya untuk kesehatan yang dibutuhkan tetapi untuk industri mamin seperti kerbau yang masih impor dari India," katanya saat jumpa media melalui virtual, Selasa (21/4/2020).

Agus mengemukakan hasil G2G yang sudah dilakukan pun mulai membuahkan hasil. Dalam rapat terbatas terakhir, para Menteri terkait mengatakan sudah mendapatkan komitmen dari India untuk merelaksasi kegiatan ekspor bahan bakunya ke Indoensia.

Pada prinsipnya, pemerintah terus mendorong kemandirian dalam negeri. Pasalnya, Indonesia dipercaya memiliki sumber daya alam (SDA) seperti kekayaan herbal yang bisa dimanfaatkan untuk obat dan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.

Agus mencontohkan obat herbal milik Dexa Medica, Stimulo, yang terbukti mengalami peningkatan permintaan saat covid-19 masif di China

"Sementara SDM kita terbukti dalam situasi yang mendesak bisa menciptakan ide-ide dari ahli untuk memproduksi ventilator yang sebelumnya belum pernah dilakukan bahkan hingga ventilator kualitas tinggi dan untuk jangka panjang," ujarnya.

Sisi lain, untuk pengembangan alat pelindung diri atau APD memang saat ini banyak lembaga memiliki angka kebutuhan berbeda-beda. Jika mengikuti lembaga yang secara konservatif menghitung kebutuhan APD saat ini di Indonesia dibutuhkan sekitar 16 juta paket sebulan.

Menurut Agus, sampai awal Mei industri Tanah Air akan mampu memproduksi 18,4 juta APD. Untuk itu sisa dari APD yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan dialokasikan ekspor pada negara yang membutuhkan seperti Amerika Serikat dan Jepang.

"Penentuan negaranya nanti tentu akan kita akumulasi dengan nilai tambah yang dimiliki negara tersebut, apalagi di AS sudah tidak ada lagi industri tekstil jelas ini akan menjadi momentum kita," ujarnya.

Direktur Jendral Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam menambahkan saat ini dari 36 industri yang berkomitmen memproduksi APD, 28 di antaranya berasal dari industri TPT yang melakukan diversifikasi produk. Jenis APD yang diproduksi pun bermacam-macam mulai dari yang sekali pakai dan bisa dicuci ulang.

"Minggu lalu sudah distribusi 1,8 juta sedangkan untuk masker sudah bisa dalam satu minggu produksi 50 juta masker dengan 20 juta medical grade sisanya kain," kata Khayam.

Sementara itu, saat ini bahan baku obat tercatat masih sekitar 90 persen harus impor begitu pula bahan baku alkes atau alkes jadi untuk medis yang masih 90 persen harus didatangkan dari luar negeri. Alhasil, jika mimpi menjadikan industri ini mandiri tidak dilakukan secara serius maka hanya akan menjadi mimpi belaka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper