Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penantian 3 Tahun, Asaki Lega Pemerintah Akhirnya Turunkan Harga Gas

Kebijakan turunan Peraturan Presiden No. 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi diharapkan memberi kepastikan penurunan harga gas industri.
Karyawan melayani konsumen melihat produk terbaru dari PT Granitoguna Building Ceramics, brand ArTile, di ajang Indonesia Building Technology (IndoBuild Tech 2019), ICE Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan melayani konsumen melihat produk terbaru dari PT Granitoguna Building Ceramics, brand ArTile, di ajang Indonesia Building Technology (IndoBuild Tech 2019), ICE Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Asosiasi Aneka Keramik (Asaki) Edy Suyanto mengapresiasi kebijakan Pemerintah terkait penurunan harga gas ke US$6 per mmbtu yang telah dinantikan kurang lebih tiga tahun sejak dikeluarkannya Perpres Nomor 40/2016.

"Asaki menilai hal itu sebagai langkah yang tepat dan di saat timing di mana industri keramik sedang terpuruk karena kondisi pasar yang lemah pasca wabah Covid-19 dan pelemahan rupiah sejak awal tahun ini," katanya, Selasa (14/4/2020).

Asaki Optimistis penurunan harga gas ini sangat membantu untuk menyelamatkan industri keramik yang kini utilisasi kapasitas produksi nasional turun ke level 45-50 persen terendah selama ini.

Dengan harga gas US$6 per mmbtu diyakini dapat meningkatkan kembali daya saing industri keramik yang terpuruk semenjak kenaikan hrg gas sebesar 50 persen pada 2013. Pasalnya, komponen biaya gas berkisar 30 persen dari total biaya produksi.

Tak hanya itu, Edy menambahkan peningkatan daya saing industri keramik tersebut diharapkan dapat membantu menekan angka import produk keramik dari China, India, dan Vietnam.

Adapun jika merujuk pada data impor Januari-Februari 2020 industri pun sangat terkejut karena ada peningkatan impor 9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Asaki juga akan memanfaatkan momentum penurunan harga gas terlebih pasca wabah Covid-19 ini dengan bisa lebih berdaya saing dan agresif menembus pasar Asean, Australia dan negara di Asia Timur. Saat ini yg menjadi negara tujuan ekspor utama adalah Malaysia, Filipina, Thailand, Korsel, dan Taiwan," ujarnya.

Edy pun berharap dalam waktu beberapa tahun ke depan normalisasi utilisasi kapasitas nasional bisa kembali ke angka 93-95 persen seperti pada periode 2012-2013.

Selain normalisasi utilasi, kapasitas produksi para anggota Asaki juga siap melakukan ekspansi kapasitas baru yang tentunya kedua hal tersebut akan membantu penyerapan tenaga kerja baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper