Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Listrik Diproyeksi Stagnan

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa berpendapat penjualan listrik PLN di kuartal I tahun 2020 tidak seburuk yang diperkirakan
Warga memeriksa meteran listrik prabayar di Rumah Susun Benhil, Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga memeriksa meteran listrik prabayar di Rumah Susun Benhil, Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Target konsumsi listrik pada 2020 diperkirakan tak jauh berbeda dengan tahun lalu.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa berpendapat penjualan listrik PLN di kuartal I tahun 2020 tidak seburuk yang diperkirakan, tetapi penjualan 61,15 TWh itu membuat target penjualan listrik di 2020 yang tercapai baru 23,9 persen sampai kuartal pertama ini.

"Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sebesar 78,8 TWh penjualan listrik di kuartal I tahun 2020 turun sebesar 23 persen," ujarnya kepada Bisnis, Senin (13/4/2020).

Fabby menuturkan dengan memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomi versi Kemenkeu sebesar -0,4 persen hingga 2,3 persen tahun ini, maka ada risiko target pertumbuhan penjualan listrik 4,55 persen di tahun ini tidak bisa tercapai.

Apabila lebih optimis dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3 persen, maka diperkirakan penjualan listrik bakal tumbuh di kisaran 2 persen hingga 2,5 persen.

"Ini sangat tergantung pada kinerja industri sepanjang sisa tahun ini. Ada kemungkinan, dengan tidak adanya cuti bersama ldulfitri di bulan Mei, aktivitis ekonomi bisa terjaga dan permintaan listrik tidak drop terlalu lama," katanya.

Menurutnya, apabila penjualan listrik di kuartal 2 nanti sama trendnya dengan kuartal 1, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi hanya 2,3 persen, maka penjualan listrik PLN hanya mencapai 96 persen hingga 97,5 persen dari target.

"Tidak terlalu berbeda dengan penjualan listrik tahun lalu. Saya kira masih agak dini memperkirakan bisa tercapai atau tidak, tetapi kita perlu lihat perkembangan sampai akhir kuartal," ucap Fabby.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper