Bisnis.com, JAKARTA – Industri properti di Indonesia berada di ambang kolaps. Indonesia Property Watch (IPW) memperkirakan daya tahan cashflow pengembang kelas menengah paling lama hanya 3 bulan lagi.
CEO IPW Ali Tranghanda mengemukakan kondisi ini disebabkan pandemi virus corona jenis baru COVID-19 yang praktis menggerogoti semua lini bisnis termasuk properti.
“Daya tahan arus kas pengembang kelas menengah paling lama 3 bulan. Bisa juga ada yang hanya sebulan,” ungkapnya kepada Bisnis di Jakarta pada Selasa (7/4/2020).
Untuk pengembang skala kecil, menurut dia, cashflow mereka kemungkinan sangat besar lebih pendek lagi. “Ini harus diantisipasi dengan strategi bertahan sebagai salah satu cara agar industri ini tidak kolaps.”
Ali memprediksi pasar perumahan secara nasional akan memperlihatkan pelemahan yang drastis pada kuartal kedua tahun ini.
Dia melihat sebagian besar pengembang mulai mengeluhkan merosotnya penjualan khususnya memasuki akhir kuartal pertama 2020.
“Meskipun pada kuartal pertama 2020 tren penjualan relatif belum terlalu terlihat penurunannya, pada kuartal kedua penjualan diperkirakan makin turun, tapi tingkat penurunannya belum dapat diperkirakan,” kata Ali.
Dalam kondisi seperti ini terdapat faktor yang tidak bisa dikendalikan terkait dengan pasar yang secara psikologis terganggu dan menahan untuk membeli properti. “Konsumen end user ataupun investor lebih mementingkan bagaimana bertahan di tengah wabah COVID-19.”
Menyikapi situasi yang jauh dari bagus ini, dia menilai kerja sama dengan pihak perbankan harus segera dilakukan terkait dengan penundaan atau pengurangan bunga. “Jangan menunggu terlalu lama, karena bila berkepanjangan, dampaknya terasa di kuartal kedua.”
Dia menambahkan angsuran kredit konstruksi bagi pengembang juga harus diringankan, karena akan berdampak pada turunnya omzet penjualan. “Bahkan pengembang juga bisa-bisa nggak ada omzet penjualan. Kalau bertambah lama akan banyak yang kolaps,” tegas Ali.