Bisnis.com, JAKARTA - Warga Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran melonjak dan mencapai sekitar 10 juta orang selama dua pekan terakhir.
Fakta ini menyoroti dampak ekonomi yang merusak akibat virus corona atau Covid-19 ketika langkah penutupan meluas di seantero Negeri Paman Sam.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS, jumlah pengajuan klaim pengangguran mencapai rekor 6,65 juta orang dalam pekan yang berakhir pada 28 Maret.
Ini disebabkan banyaknya toko dan restoran yang terpaksa tutup guna membendung penyebaran virus tersebut. Sementara itu, jumlah pengajuan klaim pada pekan sebelumnya direvisi naik menjadi 3,31 juta.
Jumlah klaim gabungan sebesar 9,96 juta dalam dua pekan terakhir sebanding dengan total pada 6,5 bulan pertama resesi 2007-2009.
Rekor jumlah klaim yang tercatat pada pekan hingga 28 Maret bahkan lebih buruk dari estimasi paling parah oleh sejumlah ekonom dalam survei Bloomberg.
Baca Juga
“Saya tidak pernah berpikir akan melihat data seperti itu dalam hidup saya sebagai ekonom,” ungkap Thomas Costerg dari Pictet Wealth Management, yang memiliki perkiraan tertinggi dalam survei Bloomberg, yakni 6,5 juta.
“Klaim [pengangguran] cenderung tetap tinggi karena lebih banyak negara bagian mengumumkan perintah untuk tinggal di rumah, dan akan tidak terpikirkan untuk melihat tingkat pengangguran sebesar 20 persen, lebih dari dua kali lipat tinggi yang mengikuti resesi terakhir,” tambahnya.
Data klaim mingguan menggarisbawahi sejauh mana perusahaan dan pekerja di AS terguncang oleh krisis kesehatan global.
Laporan tersebut sekaligus menunjukkan bahwa virus corona memiliki dampak lebih luas, tak hanya pada hotel-hotel dan restoran. Banyak negara bagian di AS melaporkan dampak dalam kesehatan dan bantuan sosial, pabrik, ritel, juga konstruksi.
“Peningkatan lebih lanjut dalam tingkat pengangguran akan sangat bergantung pada berapa lama krisis (dan lockdown) berlangsung,” terang Ekonom Bloomberg, Eliza Winger dan Carl Riccadonna.