Bisnis.com, JAKARTA – Dampak penyebaran masif virus corona (COVID-19) di Indonesia telah menekan segala bidang perekonomian, tak terkecuali sektor manufaktur.
Aktivitas manufaktur di Tanah Air menurun dengan laju tercepat pada bulan Maret, menyusul penurunan output dan permintaan baru karena penutupan pabrik dan banjir yang mengganggu rantai pasokan.
Berdasarkan survei IHS Markit yang dirilis Rabu (1/4/2020), indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) sektor manufaktur anjlok ke posisi 45,3 pada bulan Maret dari level 51,9 pada Februari.
Level di bawah 50 menandakan adanya kontraksi dalam aktivitas manufaktur. Penurunan ini juga merupakan yang terdalam sejak survei dimulai pada April 2011.
Kepala ekonom IHS Markti, Bernard Aw, mengatakan penurunan tajam aktivitas manufaktur ini diakibatkan oleh upaya penanganan penyebaran wabah COVID-19 yang menyebabkan penurunan permintaan.
"Penghentian operasional serta banjir, juga upaya global pencegahan COVID-19, turut menekan rantai pasokan. Waktu pengiriman dari pemasok mengalami perlambatan,” ungkap Bernard dalam rilis IHS Market, Rabu (1/4/2020).
Baca Juga
Pada saat bersamaan, penutupan pabrik juga menyeret produksi turun. IHS Markit mencatat adanya penurunan penumpukan produksi selama enam bulan berturut-turut pada bulan Maret.
Penurunan aktivitas ini juga dibarengi dengan penurunan permintaan, yang mendorong perusahaan mengurangi aktivitas pembelian barang modal dengan laju tercepat dalam sejarah survei.
"Survei ini menggarisbawahi bagaimana pandemi global berdampak pada perekonomian Indonesia. Kemungkinan pengetatan dalam upaya penanggulangan penyebaran COVID-19 juga mencancam kinerja pada kuartal kedua,” ungkap Bernard.