Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Daging Olahan Kesulitan Dapatkan Bahan Baku

Pelemahan kurs menambah tekanan ke pabrikan daging olahan selain harga daging kerbau yang kini naik sekitar 29 persen dari kuartal IV/2019.
Warga berbelanja di salah satu pusat perbelanjan modern di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (27/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga berbelanja di salah satu pusat perbelanjan modern di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (27/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Industri daging olahan menghadapi kesulitan dalam mendapatkan bahan baku. Dominasi izin impor oleh badan usaha milik negara (BUMN) dinilai menjadi sumber kelangkaan bahan baku.

National Meat Producer Association (Nampa) menyatakan pelemahan kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dari awal tahun membuat pabrikan harus mencari celah penghematan.

Pasalnya, pelemahan kurs menambah tekanan ke pabrikan daging olahan selain harga daging kerbau yang kini naik sekitar 29 persen dari kuartal IV/2019.

"Daging itu komponen [dalam produk daging olahan sekitar] 60 persen. Buyer [importir] akan pakai kurs baru setelah April ini. Setelah Maret, berarti harga [bahan baku] juga naik. Makanya kami himbau teman-teman untuk menyiasati penghematan supaya [bisa] mempertahankan harga [di pasar]," kata Direktur Utama Nampa Ishana Mahisa kepada Bisnis, Senin (31/3/2020).

Ishana menyatakan saat ini terjadi anomali harga di pasar, yakni harga daging kerbau lebih tinggi dari harga daging sapi. Ishana mencontohkan harga daging perbedaan harga daging kerbau di dalam negeri lebih mahal Rp240.000-Rp250.000. Menurutnya, tingginya harga bahan baku tersebut yang menahan utilitas pabrikan saat ini di bawah 70 persen.

Ishana khawatir anomali harga tersebut berpotensi membuat sebagian pabrikan menghentikan proses produksi. Maka dari itu, Nampa telah menyurati kantor Kepresidenan agar dapat mengijinkan pabrikan daging olahan dapat memiliki izin impor daging beku.

Ishana menyatakan telah ada satu pabrikan yang telah menurunkan kapasitas produksi akibat tingginya harga bahan baku. Ishana menilai hal tersebut dilakukan agar pabrikan tersebut masih dapat berproduksi.

"Kurs tinggi. Harga Tinggi. Sebentar lagi bayar THR [tunjangan hari raya]. Kalau [produksi] tetap kencan, nanti [berpotensi] tidak bisa [bayar] THR. Ini situasi anomali, kami harus hati-hati," jelasnya.

Ishana menjamin pemberian izin tersebut tidak akan membuat daging yang diimpor merembes ke pasar konsumen. Hal tersebut, lanjutnya, disebabkan oleh perbedaan spesifikasi daging.

Ishana meyakini pemberian izin impor pada pabrikan dapat meningkatkan utilitas pabrikan dan serapan daging olahan di pasar domestik. Menurutnya, pemberian izin impor tersebut dapat menurunkan harga bahan baku, meningkatkan kadar daging dalam produk daging olahan, menurunkan harga jual di pasaran, dan meringankan beban produksi pabrikan saat ini.

"Harga [jual] akan lebih murah, jangkauan pasar lebih luas, konten daging bisa lebih tinggi. Saya masih optimistis [industri daging olahan] bisa tumbuh, karena kapasitas produksi kami masih rendah," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper