Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mematikan produk industri terkait makanan dan minuman (mamin) masih mencukupi. Sejumlah produk yang tidak mampu diproduksi maksimal di dalam negeri akan dipenuhi dengan impor.
Direktur Industri Makanan Kemenperin Enny Ratnaningtyas menyebutkan secara umum pasokan tidak mengkhawatirkan. Saat ini permasalahan yang menjadi perhatian adalah terhambatnya pengiriman produksi dikarenakan karantina lokal di sejumlah wilayah. Padahal pengiriman produk industri sepanjang Maret-April 2020 ini akan menjadi stok penjualan di bulan Ramadhan.
"Menteri Perindustrian sudah mengimbau industri mamin tetap harus dijaga produksi dan distribusinya mengingat [industri mamin] mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan, sekaligus menjaga stabilisasi ekonomi [nasional]," kata Enny, Minggu (29/3/2020).
Selain memastikan produksi, Enny mengharapkan para pemilik usaha juga memastikan keselamatan kerja. Imbauan jaga jarak, hingga alat pelindung diri bagi tenaga kerja harus tersedia.
Adapun, Kemenperin mencatat data produksi dari dua produk penting saat ini yakni mie instan dan biskuit pada tahun ini diperkirakan mencapai 3 juta ton.
Jika diperinci, pabrikan mi instan pada tahun ini diramalkan akan memproduksi 1,16 juta ton dengan alokasi ekspor sekitar 11,26 persen atau 131.000 ton. Adapun, kebutuhan dalam negeri diperkirakan sekitar 1,04 juta ton hingga akhir 2020.
Sementara itu, produksi biskuit pada tahun ini akan mencapai 1,88 juta ton dengan alokasi ekspor baru mencapai 7,49 persen atau 141.000 ton. Enny mencatat kebutuhan biskuit di dalam negeri mencapai 1,75 juta ton.
Senada, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) menyatakan mengingatkan karantina penuh atau protokol penguncian (lockdown) bisa berdampak sistemik ke perekonomian nasional.
“Dampak sistemik ekonomi bisa terjadi. Misalnya yang sederhana, siapa yang menanggung pendapatan masyarakat kelas bawah yang mengandalkan usaha yang bersifat harian?" ujar Ketua Gapmmi Adhi Lukman dalam keterangan tertulis.
Adhi melanjutkan implementasi lockdown juga bisa berdampak pada kemampuan pabrikan dalam membayar pinjaman dari sektor perbankan. Selain itu, lanjutnya, penerapan lockdown juga akan berdampak pada kemampuan pabrikan menjaga serapan tenaga kerja.
Oleh karena itu, Adhi menyarankan agar seluruh pihak bertanggung jawab untuk tidak membantu penyebaran virus corona atau Covid-19 lebih luas. Menurutnya, kepedulian tersebut dimulai dengan berdiam diri bagi yang dapat bekerja dari rumah.