Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Minuman Ringan Masih Mengkaji Dampak Covid-19 

Industri minuman ringan mengaku cukup tertekan oleh mewabahnya corona. Namun, asosiasi masih menghitung potensi dampak negatif dari wabah tersebut.
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6)./Antara-Rony Muharrman
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6)./Antara-Rony Muharrman

Bisnis.com, JAKARTA — Industri Minuman Ringan memastikan masih akan mengukur dampak wabah covid-19 yang melanda Tanah Air.

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Pridjosoesilo mengatakan dari sisi industri dampak adanya kebijakan bekerja dari rumah memberi konsekuensi pada perubahan pola belanja masyarakat yang saat ini meningkat melalui daring. 

Sementara dari sisi penjualan, Triyono memastikan, industri masih akan melihat dari periode Ramadan dan Lebaran yang akan dimulai akhir April ini. 

"Kalau produksi sejak Januari sudah meningkatkan untuk stok Ramadan dan Lebaran, di modern market awal maret memang meningkat tetapi kami masih akan pastikan ini akan berlanjut atau tidak," katanya kepada Bisnis, Minggu (29/3/2020).

Triyono menambahkan saat ini yang terpenting bagi industri adalah menjaga siklus kinerja tetap berjalan meski dengan berbagai pembatasan yang ada. Termasuk di pabrik, pihaknya pun menjamin produksi masih berjalan guna memenuhi kebutuhan masyarakat dengan protokol keamanan dan kesehatan yang diberlakukan. 

Pastinya, menurut Triyono, kuartal II/2020 ini akan menjadi masa yang paling menekan bagi industri. Meski menurutnya, sejumlah jenis minuman ringan akan mengalami kenaikan dengan kondisi saat ini.

"Sekali lagi ini juga hanya asumsi kami masih melihat pastinya apa yang negatif dan mana yang positif, tetapi kami rasa minuman dengan berbagai kandungan manfaat kesehatan dan stamina akan meningkat seperti jus dan susu," ujarnya.

Menurut Triyono, pada masa sekarang ini pengusaha juga sepakat untuk melupakan target di awal. Proyeksi pemerintah saja pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB masyarakat bisa jadi di angka 0 persen jika kondisi ke depan semakin parah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper