Bisnis.com, JAKARTA — Industri makanan dan minuman mengklaim stok bahan baku impor yang saat ini tersedia memadai dan bisa memenuhi kegiatan produksi sampai akhir Mei.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, kecukupan stok tersebut bisa mengimbangi potensi kenaikan permintaan selama Ramadan beserta lonjakan konsumsi akibat kekhawatiran masyarakat dalam menghadapi Covid-19.
Adhi mengatakan rata-rata industri telah meningkatkan kapasitas produksi sampai 30 persen untuk meningkatkan pasokan.
Adapun untuk mengantisipasi aksi panic buying, dia mengimbau agar masyarakat tak melakukan pembelian yang berlebihan karena bakal mengganggu pasokan untuk kelompok penduduk lainnya.
"Kami sudah produksi dan didistribusi ke daerah-daerah. Kami harap konsumen tidak panik dan mengakibatkan pasokan bagi yang lain berkurang," kata Adhi saat dihubungi Bisnis, Senin (16/3/2020).
Senada, Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik & Hubungan Antar Lembaga Gapmmi Rachmat Hidayat membenarkan bahwa stok bahan baku industri makanan dan minuman bakal memadai untuk potensi kenaikan permintaan dalam menghadapi kondisi krusial Ramadan dan ancaman wabah virus corona.
Kendati demikian, dia mengharapkan pemerintah dapat memperlonggar izin impor untuk sejumlah bahan baku guna mendukung produksi pada semester II/2020.
"Kami [industri makanan dan minuman] sudah mempersiapkan diri dalam menyiapkan produksi untuk Ramadan. Wabah Covid-19 tidak kami sangka namun kami terus berusaha menggenjot produksi," ujarnya.
Dalam hal kelancaran bahan baku impor untuk industri makanan dan minuman, Rachmat pun mengharapkan pemerintah dapat segera menerapkan stimulus nonfiskal berupa pengurangan larangan dan pembatasan (lartas) mengingat importasi bahan baku pangan sebagian besar masuk dalam daftar komoditas yang rumit pemasukannya.
"Kami harap aturan importasi disederhanakan. Untuk importasi produk susu dan turunannya saja kami harus minta rekomendasi sampai tingkat pemerintah daerah," ujar Rachmat.