Bisnis.com, JAKARTA - Proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) akan semakin molor apabila pandemi virus corona atau Covid-19 bertahan lama.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang mengatakan pihaknya tak memungkiri adanya dampak terlambatnya pembangunan dan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akibat terjadinya virus corona di sejumlah negara termasuk Indonesia.
Besar kecilnya dampak terhadap PLTU itu, lanjutnya, bergantung pada berapa lama wabah Covid-19 ini berakhir. "Tentunya pengusaha IPP mendukung langkah pemerintah yang sedang bekerja keras menurunkan kurva penyebaran wabah dan dalam hal yang sama menghindari perlambatan ekonomi yang terlalu dalam," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (26/3).
Menurutnya, semakin cepat ditanggulangi semakin baik untuk kelanjutan proyek PLTU. Jika dampak virus corona terjadi dalam kurun waktu dua hingga tiga bulan, maka para pelaku bisnis masih optimistis proyek listrik hanya akan mengalami keterlambatan penyelesaian proyek saja.
"Bisa saja domino effect tetapi kalau cepat selesai isu virus corona maka hanya akan bersifat delay dan masih bisa ditanggulangi. Supply chain, ekspor impor, teknisi spesialis asing dan lokal yang tersedia, jalur distribusi dan logistik, kebijakan karantina dan lain sebagainya. Kuncinya ditiming dan seberapa besar penyebaran area kritis," tuturnya.
Pembangunan beberapa proyek listrik ini masih berjalan tetapi menggunakan roster atau sistem shift supaya operasional tetap berlanjut.
Baca Juga
Namun, ada beberapa proyek yang sudah melakukan kerja dari rumah (WFH) mengikuti anjuran dari pemerintah. Kendati demikian, pihaknya belum memiliki data detail berapa banyak proyek listrik yang terdampak penyelesaiannya akibat Covid - 19.
"Kami masih ukur dan pantau proyek mana saja. Kami, swasta bangun 26 pembangkit dengan timing bervariasi. Pembengkakan biaya karena keterlambatan pasti terjadi," katanya.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menuturkan secara umum, keterlambatan proyek akan menyebabkan terjadinya cost over run, yang artinya belanja modal proyek akan bertambah tergantung pada lamanya keterlambatan yang terjadi di setiap proyek.
Dengan keterlambatan penyelesaian proyek maka proyek juga tidak bisa memproduksi dan menjual listrik sesuai waktunya. Semakin lama keterlambatan maka diperkirakan nilai kerugian semakin besar.
"Saya tidak bisa bilang berapa besar karena belum menghitung sendiri," ucapnya.