Upaya Mencari Obat Untuk Flu Burung
Pertanyaan besar datang. Kompetisi industri kamera digital begitu sengit, Fujifilm Holding Corp. memberanikan diri untuk menyasar segmen bisnis baru, yakni farmasi.
Mari kembali ke 13 Februari 2008. Hari itu, mungkin menjadi momen bersejarah bagi Fujifilm Holdings Corporation untuk menggeluti bisnis yang jauh dari zona nyaman mereka.
Lompatan jauh ekspansi produsen kamera dengan merek dagang Fujifilm dan printer Xerox, ke bisnis farmasi sempat menimbulkan banyak pertanyaan. Fujifilm resmi mengakuisi Toyama Chemical Co. dengan nilai US$1,4 miliar.
President dan CEO Fujifilm Holding Corp yang saat itu menjabat, Shigetaka Komori, dalam konferensi pers menyatakan langkah akusisi Toyama Chemical Co. digunakan untuk mengembangkan obat perawatan untuk flu burung.
"Kami ingin menjadi perusahaan healthcare yang komprehensif," seperti dilansir Bloomberg.
Tomori begitu optimistis. Dia ingin menerapkan kemampuan produksi dengan teknik nanoteknologi yang awalnya dikembangkan untuk produksi film, menuju produksi obat.
Setelah 12 tahun berselang, lini usaha farmasi dan bioteknologi terus berkembang. Belum lama ini, tepatnya 20 Februari 2020, Fujifilm Corporation kembali melakukan investasi di bidang bioteknologi.
Fujifilm mengucurkan anggaran senilai US$83 juta untuk memperluas kapasitas produksi mikroba Fujifilm Diosynth Biotechnologies (FDB), atau sebuah CDMO terdepan di dunia yang mendukung mitranya di industri farmasi dengan pengembangan dan produk biologik, vaksin dan terapi gen.