Bisnis.com, JAKARTA – Konsultan properti JLL Asia Pasifik memprediksi bahwa sebaran wabah virus corona atau Covid-19 bakan memberikan dampak jangka pendek pada pasar properti di Asia.
Di tengah pandemi virus corona, subsektor properti residensial masih menjadi yang paling tangguh jika dibandingkan pasar subsektor lainnya.
Dampak Covid-19 sudah terasa di seluruh aspek pekerjaan dan kehidupan. Adapun, dampaknya pada masing-masing sektor akan berbeda. Namun, JLL dalam laporannya menyebut masih belum bisa memprediksi dampak kondisi ini untuk jangka panjang.
JLL menyebutkan bahwa sektor properti yang akan paling terdampak adalah properti yang berkaitan erat dengan pariwisata dan MICE (meetings, incentive, conference, exhibition). Hal ini mempertimbangkan mulai banyak negara yang menerapkan larangan bepergian baik bagi individu ataupun perusahaan.
“Walaupun masih ada orang-orang yang melakukan perjalanan, mereka pasti akan lebih memilah dan cenderung tidak akan melakukan perjalanan jika tujuannya untuk liburan,” ungkap Roddy Allan, Chief Research Officer JLL Asia Pacific melalui laporan tertulis, dikutip Bisnis, Jumat (20/3/2020).
JLL berpandangan bahwa untuk beberapa waktu ke depan, pemilik atau operator hotel harus was-was akan penurunan tingkat okupansi yang drastis. Sebagai akibatnya, kemungkinan harga sewa rata-rata harian dan revenue per kamar yang tersedia juga akan menurun.
Baca Juga
“Besaran dampaknya akan berbeda-beda tergantung durasi sebaran wabah dan seperti apa saja tindakan yang dilakukan untuk menangkal virus tersebut,” imbuh Allan.
Sementara itu, untuk pasar pariwisata domestik, JLL melihat adanya tekanan dari beberapa negara yang menerapkan pembatasan dan penundaan perjalanan. Negara-negara tujuan wisata seperti Thailand, dan Hong Kong diperkirakan menjadi yang paling terdampak di Asia.
Sementara itu, dari sudut pandang investor, sektor perumahan justru dinilai menjadi yang paling kondusif karena diuntungkan oleh arus kas yang stabil dan kemampuan untuk secara aktif mengelola sewa guna mempertahankan tingkat hunian dan membatasi potensi batal.
“Permintaan hunian biasanya tahan terhadap guncangan ekonomi. Namun, kepercayaan konsumen sedikit banyak akan berkurang dan mobilitas yang berkurang juga akan berdampak pada permintaan selama periode ketidakpastian ini,” kata Allan.
Jika melihat ke semester II/2020, JLL memprediksikan akan ada rebound tinggi pada pasar properti dengan harapan sebaran virus sudah dapat ditangani. Hal ini karena aktivitas pasar properti sudah bisa kembali normal, meski masih banyak faktor-faktor ketidakpastian yang membayangi.
“Transaksi dari investor kemungkinan akan banyak tertunda untuk semester pertama tahun ini. Namun, akan kembali dengan cukup cepat. Untuk jangka panjang, wabah virus ini tidak akan menjadi katalisator pasar,” ungkapnya.