Bisnis.com, JAKARTA - Sentimen virus corona jenis baru atau Covid-19 yang turut memukul industri properti dinilai harus dijadikan peluang untuk memacu penjualan meski pasar makin terbatas.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Nurul Yaqin mengatakan bahwa di tengah kondisi saat ini, para agen properti diyakini memiliki strategi tersendiri dalam memacu penjualannya.
"Ini kan memang peringatan tinggi, tapi properti itu punya karakteristik, mereka yang bisa membaca peluang," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (18/3/2020).
Presiden Direktur Benhokk Property itu mengakui bahwa masih ada peluang di tengah kondisi tertekan saat ini mengingat permintaan besar kemungkinan berasal dari under market value atau di bawah nilai pasar.
Nurul meyakini ada diskon besar dari pada penjual properti khususnya di pasar sekunder alias properti bekas seperti rumah, apartemen dan ruko. Menurutnya, para investor kemungkinan menjual aset propertinya untuk konsolidasi guna menutupi kebutuhan prioritasnya.
Dengan demikian, dia percaya bahwa daya beli pasar masih akan tetap ada meskipun tengah dihadapkan pada tantangan yang berat. Dia juga menyebut kondisi pasar ini dengan istilah 'virus kepanikan'.
Baca Juga
Namun, bagaimanapun kondisinya, dia menyatakan agen properti harus tetap bisa meyakinkan konsumen tentang situasi kepanikan pasar saat ini sehingga penjualan dapat terus dipacu.
"Sekarang ini memang kuenya sangat kecil, tetapi tetap masih ada, supply-nya banyak. Tinggal bagaimana agen ini harus berbicara pada loyalis kostumernya. Orang yang bisa diajak diskusi, ditransfer keyakinan, membuka wawasan, kemudian mengambil suatu risiko bersama-sama secara terukur. Mestinya ini strategi satu-satunya dalam kondisi saat ini," katanya.
Di sisi lain, Nurul memahami bahwa konsumen membatalkan kunjungan ke lokasi proyek lantaran khawatir terhadap penuluran virus corona yang berujung pada batalnya transaksi properti. Hanya saja, tren kunjungan proyek bisa dikurangi oleh agen properti mengingat saat ini pemasaran juga telah bergeser ke layanan digital.
Tren mengunjungi lokasi proyek juga menurutnya sudah minim dilakukan di tengah maraknya saluran pemasaran digital oleh setiap perusahaan broker properti. Konsumen juga sudah memiliki banyak opsi selain mengunjungi lokasi proyek salah satunya adalah melalui perantara seperti perbankan.
"Ini juga jadi rujukan konsumen untuk meyakinkan bahwa proyek ini layak atau tidak termasuk soal legalistasnya dan kredibilitas pengembangnya," jelasnya.
Selain itu, Nurul mengungkapkan bahwa konsumen juga memiliki opsi melalui konsultan properti. Akan tetapi, konsultan biasanya jadi pilihan oleh konsumen yang profilnya tinggi. Sebaliknya, agen yang biasanya digunakan oleh kalangan kelas menengah dapat memaksimalkan peluang.