Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang properti berharap agar pemerintah tak mengambil langkah penutupan akses di suatu kawasan atau lockdown sebagai kebijakan untuk mencegah penyebaran virus corona jenis baru atau Covid-19.
Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia(REI) Paulus Totok Lusida mengatakan bahwa dalam menghadapi masalah corona, pengembang menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah dan pihak yang berwenang di bidang kesehatan dan keamanan.
“Kalau masalah ekonominya, kita berharap, bukan maksudnya egois, tapi ya jangan sampai lockdown. [Sebab] kalau begitu semua berhenti, tidak ada yang bisa prediksi ekonomi nasional kuat menahan lockdown," kata Totok kepada Bisnis, Selasa (17/3/2020).
Pasalnya, jika ingin lockdown, belum ada yang bisa memastikan seberapa besar pengaruhnya terhadap penyebaran virus dan bagaimana dampaknya kepada kekuatan ekonomi. Dengan berhentinya aktivitas ekonomi, imbuhnya, ditakutkan akan merugikan masyarakat kelas bawah.
“Kemarin ada wacana Malang [di Jawa Timur] mau lockdown ternyata belum jadi. Kalau misalnya jadi, ya kita nurut saja, karena kita ikut perintahnya Presiden, bukan ikut siapa-siapa,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan Indonesia juga dinilai tak perlu lockdown, karena masih banyak kota besar yang belum mencatatkan kasus, seperti di Surabaya. Harapannya, daerah-daerah yang belum ada temuan kasus itu kondisinya bisa tetap terjaga.
Baca Juga
“Masalahnya akibatnya [lockdown] banyak, bukan mau meremehkan [virus corona]. Ekonomi akan mayoritas berhenti, dan saya yakin pemerintah bisa menangani dengan baik. Dalam artian, REI memohon agar bisa ditangani tanpa lockdown, supaya ekonomi tetap berjalan,” imbuhnya.
Totok menambahkan bahwa kondisi ekonomi nasional saat ini sudah cukup berat. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga sudah tembus Rp15.000. Oleh sebab itu, pemberlakukan lockdown dinilai akan membuat daya beli semakin anjlok.
Ketua Umum Himpunan Pengembang Permukiman danPerumahan Rakyat (Himperra) Endang Kawidjaja menambahkan bahwa efek dari lockdown akan sangat negatif ke seluruh industri, tak terkecuali properti.
“Semua [rencana bisnis] jadi tertunda, penjualan, akad, dan konstruksi juga. Nanti berdampak juga pada harga [properti],” ujar Endang.
Sementara itu, perkembangan terbaru pasien positif virus Corona di Indonesia bertambah cukup signifikan. Berdasarkan data yag dirilis per Selasa (17/3/2020), terdapat tambahan 38 pasien baru yang terpapar virus Corona.
Kini total pasien positif terinfeksi virus Corona adalah 172 orang atau meningkat jika dibandingkan Senin (16/3/2020) yang berjumlah 134.
"Penambahan terbanyak adalah dari Provinsi DKI Jakarta, kemudian Jawa Timur, dari Jawa Tengah dan juga dari Provinsi Kepulauan Riau," ucap Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto, Selasa (17/3/2020).
Yuri mengungkapkan ada alasan mengapa penambahan pasien terbanyak terjadi di Jakarta. Sebab, menurut Yuri, Ibu Kota memiliki gerbang yang banyak. Selain itu, Jakarta merupakan pusat dari putaran ekonomi serta pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu, mobilitas warga di dalamnya bergerak sangat cepat.