Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) belum menyerahkan data yang diperlukan untuk investigasi tumpahan minyak di sumur YYA-1 kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengungkapkan bahwa pihaknya hingga saat ini masih terus mendesak Pertamina untuk menyerahkan paparan data untuk menyelesaikan proses investigasi.
“Kami sedang push terus,” katanya kepada Bisnis, Kamis (5/3/2020).
Dia mengungkapkan bahwa pihaknya baru menerima laporan investigasi dari pihak independen dan sudah disampaikan pada 31 Desember 2019, meskipun masih dalam bentuk executive summary.
Adapun dalam proses investigasi tersebut telah dibentuk Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas (TIPKM) yang melibatkan kalangan akademisi, dan Pertamina.
Setelah itu, lanjut Julius, sempat beberapa kali diadakan rapat klarifikasi, tapi ternyata masih perlu data tambahan dari perusahaan asal Amerika Serikat yaitu Halliburton selaku operator yang ditunjuk oleh Pertamina.
Baca Juga
“Hingga saat ini masih tinggal menunggu data tersebut menurut Pertamina,” ungkapnya.
Di sisi lain, Direktur Utama PHE Meidawati mengaku data-data yang diperlukan untuk investigasi sudah diserahkan, termasuk data dari Halliburton.
"Udah kok," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Adhi Wibowo memastikan tumpahan minyak terjadi akibat ledakan prematur yang terjadi di kedalaman sekitar 700 kaki, yang seharusnya terjadi di kedalaman sekitar 6.000 kaki.
Ledakan itu menyebabkan kerusakan pipa dan merusak formasi lapisan tanah, sehingga anjungan ikut miring.
"Kami masih teliti kenapa ini terjadi ledakan prematur. Bisa saja terjadi di formasi karena ada tekanan sehingga menyebabkan [ledakan]. Sudah confirm [kedalaman ledakan] karena diturunkan kamera," katanya.
Adhi menambahkan pihaknya masih masih menganalisis kenapa ledakan prematur ini terjadi. Hal ini dilakukan agar ke depannya, kecelakaan ini tidak terjadi lagi.
"Apakah nanti ada perubahan SOP atau apa, kami tidak mencari siapa yang salah," katanya.
Adhi menambahkan pihaknya masih masih menganalisis kenapa ledakan prematur ini terjadi. Hal ini dilakukan agar ke depannya, kecelakaan ini tidak terjadi lagi.