Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih menunggu Halliburton, perusahaan jasa migas asal Amerika Serikat, menyampaikan data evaluasi tumpahan minyak di sumur YYA-1 untuk menyelesaikan proses investigasi.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan laporan dari PT Pertamina (Persero) sudah masuk pada 31 2019. Menurutnya, dari hasil rapat terakhir, SKK Migas tinggal menunggu paparan data dari kontraktor yang digunakan oleh Pertamina tersebut.
"Laporan Pertamina baru di-submit 31 desember 2019 ke kami, itu pun baru executive summary-nya. Pertamina terbuka, tapi kita lihat datanya belum lengkap karena data dari Halliburton belum dikirimkan," tuturnya, Rabu (15/1/2020).
Julius mengatakan tahap evaluasi investigasi terus berlangsung dengan melibatkan tim independen dari kalangan akademisi ataupun Pertamina.
Sementara itu, Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Adhi Wibowo memastikan tumpahan minyak terjadi akibat ledakan prematur yang terjadi di kedalaman sekitar 700 kaki yang seharusnya terjadi di kedalaman sekitar 6.000 kaki.
Ledakan itu menyebabkan kerusakan pipa dan merusak formasi lapisan tanah sehingga anjungan ikut miring. "Kami masih teliti kenapa ini terjadi ledakan prematur. Bisa saja terjadi di formasi karena ada tekanan sehingga menyebabkan [ledakan]. Sudah confirm [kedalaman ledakan] karena diturunkan kamera," katanya.
Adhi menambahkan pihaknya masih menganalisis kenapa ledakan prematur ini terjadi. Hal ini dilakukan agar ke depan kecelakaan serupa tidak terjadi lagi.
"Apakah nanti ada perubahan SOP atau apa, kami tidak mencari siapa yang salah," katanya.
Dia menambahkan investigasi memerlukan waktu 1 bulan ke depan hingga pemerintah merilis hasil evaluasi investigasi. Adapun tim independen yang dimaksud adalah Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas (TIPKM).