Bisnis.com, WAMENA — Kasus virus corona mulai muncul di Indonesia dengan ditemukannya dua pasien yang terjangkit virus tersebut. Jika terus berlanjut, diperkirakan seluruh target pertumbuhan akan terkoreksi, termasuk target pertumbuhan investasi properti.
Wakil Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Bidang Luar Negeri Rusmin Lawin mengatakan bahwa hingga saat ini, investor properti di Indonesia belum ada yang melakukan divestasi di tengah serangan virus corona.
"Di Jepang misalnya, semua aktivitas kerja ekonomi masih berjalan, tidak ada kepanikan tapi mereka menjalankan SOP [standar operasional prosedur] untuk kesehatan dan higienitas tinggi. Jadi belum sampai ada divestasi," kata Rusmin saat dihubungi Bisnis.com, Senin (2/3/2020).
Rusmin berharap agar virus ini bisa cepat diatasi secara global sehingga tidak sampai memberi banyak beban pada pertumbuhan ekonomi.
"Kalau sampai tiga bulan ke depan corona belum selesai saya pikir keseluruhan target ekonomi harus direvisi, akan terkoreksi di seluruh dunia, termasuk Indonesia," ujar Rusmin.
Menurutnya, hal yang paling dikhawatirkan adalah jika kinerja industrinya sampai berhenti. Hal itu akan menyebabkan banyak rantai pasok yang terganggu termasuk pasokan bahan bangunan.
Baca Juga
"Banyak negara yang impor material bangunan dari China, sehingga pasti akan terganggu," imbuhnya.
Dalam upaya memacu investasi properti asing masuk ke Indonesia, Rusmin menyebutkan bahwa REI dan FIABCI akan bekerja sama dengan Pengelolaan Modal dari Tokyo dan FIABCI Jepang untuk melaksanakan seminar investasi properti di Indonesia.
"Itu rencananya untuk digelar sekitar Juni atau Juli. Harapannya gelombang corona ini sudah reda, jadi kita sudah jadwalkan dan BKPM menyambut baik, teman-teman dari Jepang juga menyambut baik," ungkapnya.
Harapannya, dengan acara tersebut akan membantu pengembang Indonesia untuk menawarkan proyeknya ke pengembang Jepang dan menarik lebih banyak investasi ke Indonesia. Sebelumnya, REI mengaku optimistis bahwa target investasi asing di sektor properti pada tahun ini bisa naik sekitar 20% jika dibandingkan realisasi pada tahun 2019.