Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah lesunya sektor properti dalam beberapa tahun belakangan ini ditambah adanya wabah virus corona atau Covid-19 ternyata tak membuat pengembang properti untuk menunda sejumlah proyek yang sudah disiapkan.
Direktur Utama Pakuwon Jati Alexander Stefanus Ridwan mengatakan bahwa pihaknya akan terus melanjutkan proyek pengembangan properti, salah satunya adalah proyek superblok di kawasan Bekasi seluas 60.000 meter persegi.
Proyek itu merupakan proyek terbaru yang tengah dikembangkan Pakuwon Jati dengan nilai investasi sekitar Rp2 triliun.
"Enggak terpengaruh [corona dan properti lesu], kita jalan terus. Untuk sementara [semua proyek] masih normal-normal saja," kata dia, Senin (2/3/2020).
Pakuwon yang termasuk dalam pengembang besar mengaku tak terpengaruh lantaran semua perencanaan proyek sudah disiapkan dan diperhitungkan sejak awal.
Meskipun demikian, Stefanus menyatakan bahwa pada tahun ini belum ada proyek baru yang akan dirilis disamping superblok Bekasi yang masih dalam tahap pengerjaan.
Baca Juga
Pengembangan proyek tersebut nantinya mencakup 1 mal, 2 hotel, serta 4 menara apartemen yang sebelumnya ditargetkan akan selesai dalam kurun dua tahun atau pada 2022.
"Ini kan baru mulai dibangun, masih dalam penggalian dan segala macam," tuturnya.
Lebih lanjut, Stefanus menyatakan pihaknya juga ikut menyoroti soal wabah virus corona yang telah masuk ke Indonesia dan menjangkiti dua orang asal Kota Depok. Di mengungkapkan pihaknya berencana untuk membahas antisipasi gangguan dari meluasnya wabah virus corona tersebut dalam rapat internal.
"[Proyek] kita jalan terus, akan dirapatkan juga bagaimana dampaknya. Nanti kita bahas dalam rapat itu," kata dia.
Dihubungi secara terpisah, pengamat bisnis properti Panangian Simanungkalit mengatakan bahwa dampak corona ke sektor properti dinilai tidak terlalu besar.
Namun, bagi pengembang yang menggunakan bahan baku impor dari China harus hati-hati dan mengantisipasi jika pasokan bahan baku itu mengalami penundaaan pengiriman atau mengalami kenaikan harga yang tidak dapat diterima.
"Impor bahan-bahan bangunan dari China yang digunakan untuk membangun properti perumahan kelas menengah atas, apartemen, perkantoran, hotel, shopping mall yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan, pastilah sedikit banyak akan terganggu bahkan kemungkinan bisa terhenti," ungkapnya.