Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom menilai bahwa properti bisa jadi salah satu solusi alternatif untuk berinvestasi menyusul rontoknya pasar saham akibat mewabahnya virus corona (Covid-19).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa sektor properti juga dapat dilakukan dalam investasi menengah maupun jangka panjang.
"Properti untuk rumah sederhana alias di bawah Rp300 juta per unit masih cukup menarik sebagai aset investasi jangka menengah," katanya pada Bisnis, Minggu (1/3/2020).
Bhima mengatakan bahwa investasi di sektor properti juga didorong stimulus pemerintah sehingga bisa diharapkan tingkat permintaan rumah sederhana jauh lebih besar.
Apalagi, dia mencatat, kalangan milenial di Indonesia saat ini mencapai 90 juta orang, sementara ketersediaan hunian rumah masih mengalami backlog. Investor bisa mengambil ceruk keuntungan dari sisi tersebut.
"Demand untuk pembelian rumah pertama cukup tinggi, perlu supply lebih banyak," katanya.
Namun demikian, investasi properti untuk segmen menengah atas seperti kondominium dan apartemen mewah tampaknya belum ada tanda-tanda pemulihan sehingga risikonya cukup tinggi.
Untuk itu, investor masih harus berhati-hati apalagi properti menurutnya bukan yang termasuk aset likuid.
Terkait industri properti yang masih mengalami kelesuan sejak beberapa tahun belakangan ini, Bhima menyatakan bahwa faktor utama dari hal tersebut terbagi dalam beberapa alasan.
Pertama, lantaran adanya perubahan pola investasi kelas menengah atas. Kedua, ada faktor tax amnesty sehingga uang banyak mengendap di deposito. Ketiga, investor menghindari aset properti karena kurang liquid.
"Ada juga yang lebih memilih safe haven seperti surat utang dan emas batangan. Ini akhirnya keseluruhan sektor properti terdampak," ujar dia.
Jika melihat kondisi itu, dia menyarankan beberapa hal seperti mempercepat transmisi penurunan bunga acuan ke bunga kredit KPR floating. Hal ini mengingat, meskipun bunga acuan Bank Indonesia turun, bunga KPR masih tinggi.
Kedua, memperbaiki kepercayaan kelas menengah atas untuk kembali berinvestasi di sektor properti terutama di luar Jakarta Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
"Ketiga, fokus pengembangan perumahan MBR dengan penambahan subsidi bunga KPR," ujarnya.
Pengamat bisnis properti Panangian Simanungkalit memprediksi akan ada kecenderungan investor untuk mengalihkan investasinya ke yang lain walaupun sejauh ini belum terlihat dengan jelas pergeserannya.
Menurut dia, alasan perpindahan jenis investasi seperti ke properti, emas, dan obligasi lantaran pemulihan sektor keuangan dinilai masih akan panjang akibat mewabahnya virus Corona (Covid-19) yang belum jelas kapan akan bisa dikendalikan.
"Selain itu, karena penyelesaian kasus dari institusi keuangan belakangan ini masih belum jelas, sehingga dampaknya proses pemulihan kepercayaan investor kelihatannya masih agak lama bisa kembali, sehingga kemungkinan mereka masih melepas saham," ujarnya.