Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ASAKI: Produksi Keramik Dua Bulan Pertama 2020 Melemah

Pertumbuhan produksi keramik pada dua bulan pertama 2020 melemah. Cuaca dan pelemahan daya beli dinilai sebagai faktor utama pelemahan produksi.
Asosiasi Aneka Keramik mencatat pertumbuhan produksi keramik pada dua bulan pertama 2020 melemah. Cuaca dan pelemahan daya beli dinilai sebagai faktor utama pelemahan produksi tersebut./Ilustrasi
Asosiasi Aneka Keramik mencatat pertumbuhan produksi keramik pada dua bulan pertama 2020 melemah. Cuaca dan pelemahan daya beli dinilai sebagai faktor utama pelemahan produksi tersebut./Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Aneka Keramik mencatat pertumbuhan produksi keramik pada dua bulan pertama 2020 melemah. Cuaca dan pelemahan daya beli dinilai sebagai faktor utama pelemahan produksi tersebut.

Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan pelemahan pertumbuhan produksi juga disebabkan belum dimulainya proyek-proyek infrastruktur. Namun Edy menyatakan belum ada perubahan proyeksi pertumbuhan volume produksi pada tahun ini.

"Asaki menargetkan pertumbuhan tahun 2020 bisa mendekati double digit dengan harapan [tarif] gas bisa segera turun dan penetapan kuota tata niaga impor segera diberlakukan," kata Edy kepada Bisnis, Rabu (26/2/2020).

Edy mencatat volume produksi pada akhir tahun lalu mencapai 350 juta meter persegi (sqm). Maraknya keramik impor di pasaran membuat utilitas pabrikan hanya berada di level 65 persen.

Saat ini, Edy menargetkan volume produksi keramik hingga hingga akhir tahun dapat tumbuh 7,14 persen menjadi 375 sqm.

Pabrikan akan fokus menyasar pasar domestik pada tahun ini dengan mengalokasikan 97 persen hasil produksi ke dalam negeri, selebihnya untuk pasar ekspor.

Edy menyatakan pemangku kepentingan, dalam hal ini Kementerian Perdagangan dan Komite Pengamanan Perdagangan, memberikan atensi khusus pada keramik asal Negeri Panda yang masuk ke dalam negeri.

Edy menilai produsen keramik China memiliki banyak strategi agar produknya dapat merangsek ke pasar suatu negara, dalam hal ini di Asia Tenggara.

"Saat ini, salah satu perusahaan [keramik] terbesar di China sedang ekspansi ke Filipina dengan kapasitas produksi 100 juta sqm per tahun sebagai salah satu strategi untuk menghindari safeguard maupun bea masuk yang tinggi," ujar Edy.

Dilansir dari Asian Ceramics Magazine, Departemen Perdagangan Amerika Serikat menemukan bahwa pabrikan keramik China melakukan praktik dumping ke pasar. Oleh karena itu, Departemen Perdagangan Amerika Serikat mengenakan tarif berkisar 114-49-356,02 persen pada sebagian pabrikan keramik Negeri Tirai Bambu.

Edy menduga beberapa hal yang mengungkit daya saing keramik asal China adalah penurunan harga jual, tax refund untuk ekspor dan pengurangan ketebalan keramik.

Akibat perang dagang, Edy meramalkan produsen keramik China akan mengalihkan tujuan ekspornya dari Amerika Serikat ke Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper