Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Oleokimia, Utilitas Diyakini Capai 90 Persen Tahun Ini

Dari pasar domestik pelaku usaha mengharapkan kenaikan antara 12 - 14 persen, sedangkan target dari pangsa global diharapkan lebih tinggi atau pada kisaran 18 - 20 persen.
Ilustrasi oleokimia.
Ilustrasi oleokimia.

Bisnis.com, JAKARTA  - Pelaku industri oleokimia optimistis pertumbuhan bisnis tahun ini akan mendorong utilitas pabrikan hingga 90 persen dari level utilitas saat ini di kisaran 75 persen - 80 persen.

Ketua Asosiasi Produsen Oleochemichal (Apolin) Rapolo Hutabarat mengatakan dari pasar domestik pelaku usaha mengharapkan kenaikan antara 12 - 14 persen, sedangkan target dari pangsa global diharapkan lebih tinggi atau pada kisaran 18 - 20 persen.

Rapolo mengatakan untuk kapasitas produksi produk oleokimia dalam tiga tahun ini berada di kisaran 11 juta ton per tahun dari 21 perusahaan yang beroperasi.

"Jadi, dengan dukungan industri yang sudah digaungkan tahun ini, kami berharap produksi naik dan utilitas dapat meningkat 90 persen," katanya kepada Bisnis, Jumat (21/2/2020).

Rapolo menambahkan dari sisi dukungan investasi, pemerintah juga tengah menggulirkan tax allowance dan tax holiday yang saat ini mulai dilirik para investor. Namun, implementasi penurunan harga gas akan menjadi US$6 per million British thermal unit (MMBtu) akan menjadi penawaran paling menarik.

Saat ini tarif  gas berkontribusi sekitar 30 - 35 persen pada produksi fatty alcohol dan turunannya, sedangkan produksi fatty acid di level 10 - 12 persen. Adapun, industri oleokimia akan menggunakan sekitar 11,9 juta - 13,7MMBtu gas per tahun. 

Dengan penurunan tarif gas dapat membuat industri oleokimia menghemat biaya produksi sekitar US$47,6 juta - US$81,8 juta per tahun karena saat ini harga gas yang digunakan industri berkisar US$10 - US$12 per MMBtu.

Meski Rapolo belum dapat merinci investasi yang akan bergulir pada tahun ini, dia mengatakan rencana perluasan pabrikan sudah banyak diwacanakan.

"Sekarang masih saling mengintip, pemerintah sendiri juga menginginkan investasi baru," ujar Rapolo.

Dia pun mengemukakan tahun lalu realisasi investasi industri oleokimia kecil atau Rp0,8 triliun di Medan untuk produksi fatty acid dan glycerine. Sementara itu, pada 2017 ada investasi Rp4,7 triliun dan 2018 Rp1,4 triliun di Dumai, Riau.

Dari sisi volume, ekspor oleokimia tahun lalu naik menjadi 3,18 juta ton dengan nilai sebesar US$2,03 miliar.

Adapun pada 2017, volume ekspor produk oleokimia sebesar 1,79 juta ton dengan nilai ekspor US$1,53 miliar, sedangkan pada 2018 volume ekspor oleokimia naik menjadi 2,76 juta ton dengan nilai sebesar US$2,38 miliar.

Rapolo pun berharap tahun ini pemerintah dapat menjaga belanja dan merealisasikan rencana-rencana besar pembangunan agar turut mengakselerasi peningkatan belanja di masyarakat dan selanjutnya mendorong pertumbuhan industri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper