Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah negara yang tergabung dalam BRICS mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dalam waktu dekat hendak mengimplementasikan tarif baru pada 9 Juli 2025.
Melansir laporan Bloomberg, Minggu (6/7/2025), BRICS dikabarkan siap mengambil posisi yang berseberangan dengan Donald Trump. Tak hanya sebagai langkah menyikapi Tarif Trump, melainkan juga sebagai langkah yang diambil imbas konflik berkepanjangan di Timur Tengah.
Dalam sebuah rancangan pernyataan terbarunya, BRICS menyampaikan kesepakatan untuk menyampaikan keprihatinan serius usai meningkatnya tarif unilateral dan langkah-langkah non-tarif yang dinilai mendistorsi perdagangan dan tidak sesuai dengan aturan World Trade Organization (WTO).
Para kepala pemerintahan juga sepakat untuk mengutuk pengenaan tindakan-tindakan pemaksaan sepihak yang bertentangan dengan hukum internasional. Khususnya terkait sanksi-sanksi ekonomi.
Meskipun demikian, kecaman negara-negara BRICS itu tak disampaikan langsung kepada Trump. Hal ini disinyalir mencerminkan perpecahan di dalam blok ini, dengan beberapa anggota yang diketahui melakukan percobaan pendekatan dengan Washington. Salah satunya yakni India.
Asal tahu saja, India menjadi salah satu negara yang saat ini tengah menyampaikan upaya negosiasi dengan Amerika Serikat. Tak cuma India, sejumlah negara juga tengah berlomba-lomba untuk mencapai kesepakatan dengan AS menjelang tenggat waktu 9 Juli 2025.
Baca Juga
Selain menyoroti kebijakan tarif Trump, sejumlah negara BRICS yang juga saat ini hendak melangsungkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Brasil turut menyoroti kebijakan-kebijakan AS yang baru diteken pada periode Trump.
“Hal ini termasuk menggarisbawahi peran WHO sebagai organisasi penting yang efektif mengatasi tantangan kesehatan masyarakat saat ini dan di masa depan. Sementara Trump memberi tahu WHO tentang niat AS untuk keluar dari organisasi tersebut,” bunyi laporan Bloomberg, dikutip Minggu (6/7/2025).
Lebih lanjut, kecaman BRICS juga meluas hingga ke aspek kebijakan terkait Timur Tengah, dengan para pemimpin setuju untuk mengutuk serangan militer terhadap anggota BRICS, Iran yang mulai pecah pada 13 Juni 2025.
Konflik di Timur Tengah
Para pemimpin BRICS juga lanjut menyatakan keprihatinan besar tentang situasi di wilayah Palestina yang saat ini tengah coba diduduki oleh sekutu AS yakni Israel.
Terlebih, Israel dilaporkan memulai kembali serangan ke Gaza dengan melakukan penghalangan terhadap masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Para pimpinan BRICS sepakat menyuarakan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza di bawah gencatan senjata permanen dan tanpa syarat, serta pembebasan semua sandera, sambil menyatakan penolakan mereka terhadap pemindahan paksa penduduk Palestina dari wilayah mereka.
Para pemimpin BRICS juga mengungkapkan kekhawatiran terkait adanya tren peningkatan kritis dalam pengeluaran militer global. Hal itu diklaim bertentangan dengan permintaan Trump agar negara-negara NATO meningkatkan belanja pertahanan menjadi 5% dari produk domestik bruto.