Bisnis.com, JAKARTA - Realisasi investasi hulu minyak dan gas bumi dalam tiga tahun terakhir menjadi cerminan belum menariknya aktivitas eksplorasi di Tanah Air.
Memang realisasi investasi migas dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan, tetapi belum kembali pada performa terbaiknya. Setidaknya merujuk pada kinerja investasi hulu migas 2015 senilai US$15,3 miliar.
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purmana (BTP) mengatakan Presiden Joko Widodo menginginkan invetor datang untuk melakukan eksplorasi. Untuk itu, lanjutnya, pemerintah akan mengubah kebijakan fiskalnya.
Dalam rekaman video dalam Youtube yang diunggah oleh Atlantic Council (16/1), Ahok menyebut pemerintah akan memberikan kelonggaran menganai skema kontrak migas.
"Sebagian besar perusahaan minyak tidak berminat untuk melakukan eksplorasi di Indonesia. Dalam tiga tahun terakhir, ada perubahan karena Gross Split. Sekarang, kami terbuka untuk dua opsi [kontrak], sehingga investor dapat memilih," katanya.
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi investasi eksplorasi migas pada 2017 tercatat US$570 juta, kemudian meningkat menjadi US$620 juta pada tahun berikutnya. Tahun lalu, investasi eksplorasi melorot menjadi US$620 juta.
Baca Juga
Dengan fleksibilitas kontrak, Ahok berharap adanya peningkatan produksi migas pada masa mendatang, sehingga impor minyak semakin terpangkas.
Ahok juga menyinggung upaya Pertamina melakukan eksplorasi dengan melakukan studi seismik untuk menemukan cadangan migas besar.
"Kami sudah merencanakan eksplorasi besar sleama lima dan sepuluh tahuh," katanya.
Terkait rekaman video berdurasi 1 jam 2 menit ini, Ahok mengamini materi yang ada di dalamnya dan mempersilahkan Bisnis.com untuk mengulasnya.