Bisnis.com, JAKARTA — Perum Bulog menegaskan kesiapannya untuk membeli beras petani pada musim panen mendatang kendati saat ini masih berfokus menyalurkan stok lama.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengaku bahwa pihaknya selalu siap untuk menyerap beras petani kala musim panen datang. Namun, dia mengatakan untuk saat ini Bulog bakal memprioritaskan penyaluran beras stok lama yang berpotensi mengalami penurunan mutu.
Seperti diketahui, Dari 1,8 juta ton stok beras yang dikelola Bulog sampai awal Februari ini, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan 900.000 ton di antaranya merupakan beras eks-impor hasil pengadaan 2018 silam.
"Intinya Bulog selalu siap menghadapi musim panen. Stok kami sekarang 1,8 juta ton, artinya kami harus memprioritaskan penyaluran dulu. Jika dengan stok saat ini dan kami harus membeli lagi dengan ruang yang terbatas, bagaimana?" kata dia kepada Bisnis akhir pekan lalu.
Argumen Tri tak muncul tanpa musabab. Volume penyaluran beras Bulog dalam rangka kewajiban layanan publik (PSO) tercatat terus tergerus sejak pemerintah mengubah mekanisme bantuan sosial dari beras sejahtera (Rastra) ke bantuan pangan non tunai (BPNT).
Hal ini setidaknya tercermin dari pendapatan Bulog pada segmen PSO yang turun dari Rp28,31 triliun pada 2016 menjadi Rp18,62 triliun pada 2018.
Baca Juga
Berkaca pada kondisi ini, Tri mengemukakan bahwa pihaknya bakal memaksimalkan penjualan melalui KSPH yang sampai 7 Februari 2020 telah tersalurkan sebanyak 179.684 ton. Pada 2019 lalu, penjualan melalui KSPH setidaknya berada di angka 589.885 ton, masih jauh dari target awal yang ditetapkan berjumlah 1,48 juta ton.
"Kami memaksimalkan penjualan ke KPSH. Kami juga melakukan penjualan beras komersial dan juga BPNT. kami sedang berkoordinasi dengan pihak terkait agar bisa berpartisipasi aktif dalam program BPNT. Harapan kami dari program tersebut dapat memprioritaskan beras dari kami," kata Tri.