Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Bahan Baku Obat Punya Minat Tinggi Berinvestasi

Minat tinggi investor bahan baku obat dapat mendorong penurunan impor bahan baku farmasi yang masih tinggi.
Pekerja farmasi beraktivitas memproduksi obat di pabrik Pfizer Indonesia, Jakarta Timur, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso
Pekerja farmasi beraktivitas memproduksi obat di pabrik Pfizer Indonesia, Jakarta Timur, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA — PT Kimia Farma Tbk. menyebut minat investor asing untuk masuk di Indonesia sebagai produsen bahan baku farmasi tinggi.

Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk. Verdi Budidarmo mengatakan berdasarkan daftar pendaftaran di Kementerian Kesehatan ada sekitar 18 produsen bahan baku yang mengantre.

Hal itu, menurutnya sangat positif untuk upaya penurunan impor bahan baku farmasi yang masih tinggi saat ini.

"Kita semua baik pemerintah, perusahaan BUMN, atau swasta memiliki harapan yang sama untuk dapat menurunkan angka impor bahan baku farmasi, sekarang banyak investor asing yang sedang mengantre masuk ini tentu bagus," katanya, Rabu (5/2/2020).

Verdi mengemukakan perseroan sendiri melalui pabrik bahan baku obat atau Active Pharmaceutical Ingredient (API) milik PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia yang rampung pada 2018 lalu, akan terus memperkuat kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan industri.

Tahun ini, Verdi melanjutkan, Kimia Farma Sungwun akan mulai fokus pada produksi bahan baku obat. Pasalnya tahun lalu pabrikan masih dalam proses optimalisasi.

Namun, pabrikan telah memproduksi High Function Chemical (HFC) yang dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetika dan food suplement, yang seluruh hasil produk HFC ini akan di ekspor ke Korea, Jepang dan Amerika.

Sementara jenis Bahan Baku Obat yang akan diproduksi belum sebanyak untuk komestik, di antaranya Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin, Pantoprazole, Esomeprazole, Rabeprazole, Clopidogrel dan Sarpogrelate dengan total kapasitas produksi 30 ton per tahun.

Sisi lain, dari sisi ekspansi klinik perseroan dengan sandi saham KAEF ini memastikan akan memperbanyak klinik kecantikan Kimia Farma yang saat ini baru terealisasi 3 klinik di Surabaya, Cibubur, dan Bali.

Jika tak ada aral melintang, perseroan akan menambah hingga 10 klinik kecantikan dari 70 klinik dan apotik baru yang direncanakan tahun ini.

Per 2019 lalu, Kimia Farma tercatat telah memiliki 11 pabrik, 1.300 apotek, 565 klinik kesehatan, 64 laboratorium klinik, 48 cabang distribusi, 3 klinik kecantikan, dan 24 apotik di Jeddah, Makkah, serta Madinah.

Kimia Farma pun memastikan usai terbentuknya Holding BUMN Farmasi, rencana akuisisi Rumah Sakit yang pernah diutarakan perseroan akan dibatalkan. Mengingat ke depan arah holding BUMN Farmasi akan memiliki sinergitas dengan rencana holding Rumah Sakit yang masih diracik Kementerian BUMN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper