Bisnis.com, JAKARTA — Turunnya kinerja sektor industri pengolahan menjadi salah satu faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,02 persen sepanjang 2019.
Dalam konferensi pers pada Rabu (5/2/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan ekonomi Indonesia hanya naik 4,97 persen secara year-on-year (yoy) pada kuartal IV/2019, dibandingkan kuartal IV/2018, yang mencapai 5,18 persen.
Baca Juga
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan salah satu faktor yang mendasari perlambatan ini adalah turunnya kinerja sektor industri pengolahan dari 4,25 persen pada kuartal IV/2018 menjadi 3,66 persen.
"Industri pengolahan turun agak dalam tahun lalu. Penyebabnya karena turunnya impor bahan baku. Pasti berpengaruh selama bahan baku impor belum bisa disubtitusi," terangnya.
Berdasarkan data BPS, subsektor industri non migas mengalami pertumbuhan dan kontraksi pada akhir tahun lalu. Subsektor industri yang tumbuh antara lain industri makanan dan minuman 7,95 persen yoy, industri kimia farmasi dan obat tradisional 12,73 persen yoy, industri tekstil dan pakaian jadi 7,17 persen yoy, dan industri pengolahan tembakau 1,9 persen yoy.
Sementara itu, Suhariyanto mencatat subsektor industri yang mengalami kontraksi pada kuartal IV/2019 antara lain industri alat angkutan turun 2,25 persen yoy serta industri barang logam, komputer, elektronik, optik, dan perlatan listrik 2,13 persen yoy.
Pemerintah pun diingatkan untuk mewaspadai perlambatan kinerja sektor industri. Pasalnya, sektor industri masih memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia, yaitu 19,7 persen.
"Melambatnya sektor industri akan berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Perlu dicatat, industri makanan dan minuman tumbuh subur di sentra-sentra produksi yang ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat," ungkapnya.