Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Positif Pengalihan Target Kunjungan Wisatawan Terbatas

Pengalihan target kunjungan wisatawan ke wisatawan domestik hanya bisa berjalan dengan baik asalkan tarif tiket domestik konsisten di level yang murah.
Wisman China menunggu kemunculan lumba-lumba di perjalanan menuju Pulau Gangga, Kamis (30/1/2020)
Wisman China menunggu kemunculan lumba-lumba di perjalanan menuju Pulau Gangga, Kamis (30/1/2020)

Bisnis.com, JAKARTA – Langkah pemerintah menggenjot tingkat kunjungan wisatawan domestik guna menggantikan ruang yang ditinggalkan oleh wisatawan asal China, dinilai bukan langkah yang tepat dan berdampak terbatas bagi industri pariwisata nasional.

Adapun, pemerintah memutuskan untuk membekukan kebijakan bebas visa kepada penduduk China sementara waktu. Hal itu berdampak negatif terhadap pariwisata RI yang turis asingnya selama ini didominasi penduduk China.

Sebagai gantinya, pemerintah RI mengeluarkan kebijakan guna menyelamatkan industri pariwisata nasional dengan menggenjot tingkat kunjungan wisatawan lokal. Salah satunya dengan berencana menerapkan harga tiket khusus untuk sejumlah rute.

Menanggapi hal itu, Sekjen Asosiasi Travel Agen Indonesia (Astindo) Pauline Suharno menuturkan pengalihan ke wisatawan domestik bisa berjalan baik asalkan tarif tiket domestik menjadi murah. Meski demikian kebijakan itu hanya berlaku untuk jangka pendek.

“Jangka panjangnya switch ke market negara lain, karena tetap ada kebutuhan travelling seperti company gathering yang selama ini ada pergeseran menjadi ke China,” kata Pauline, Rabu (5/2/2020).

Menurutnya, agar efek peralihan tingkat kunjungan dari wisatawan asing menuju ke wisatawan domestik bisa menjadi solusi jangka panjang, pemerintah harus konsisten mengatur tarif maskapai tetap terjangkau dan tidak bergejolak lagi.

“Orang Indonesia itu, terutama market millenial bisa travelling  ke mana saja asal tiket murah,” jelasnya.

Selain mengandalkan wisatawa domestik, Pauline juga menyarankan agar pemerintah segera mencari target market baru dengan fokus pemasaran ke Timur Tengah, India, Eropa, Australia dan AS.

Khusus untuk India, jika pemerintah masih mengandalkan kuantitas wisman, negara tersebut layak menjadi alternatif pengganti China.

“India juga kalau untuk segi kuantitas tidak kalah besarnya dengan market China. Selain itu ada juga perjalan intraAsean, di mana tahun lalu Malaysia dan Singapore masuk 3 besar pengunjung yang masuk ke Indonesia. Konektivitas langsung ke negara Asean dari kota-kota lain di Indonesia bisa dipertimbangkan, misalkan Bangkok - Yogyakarta, Chiang Mai- Jakarta,” katanya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper